Mohon tunggu...
slamet santoso
slamet santoso Mohon Tunggu... Musisi - laki laki

lahir cilacap 10 juni 1983 sekolah lulus SMK Bekerja serabutan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Ada Yang Tahu Hari Esok 1

7 Januari 2021   12:06 Diperbarui: 7 Januari 2021   12:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di manapun kita tinggal selalu membutuhkan harapan harapan yang bisa memotivasi kita untuk tetap menjalankan roda kehidupan.Semua memang tidak semudah membalikan tangan mewujudkan mimpi itu sangat sangat sulit,bukan mimpi saja untuk saat ini banyak orang yang juga mengalami kesulitan untuk menerima sebuah kenyataan kehidupanya.Banyak orang mengalami pukulan secara psikologis dalam kehidupanya dan menjadikan hal itu seperti beban yang sangat berat tap8 tidak terlihat.Cerita orang saat mengeluh terlihat jelas makna bebanya contoh berikut .

Si A bercerita "Waduh susah sekali hidup sekarang apa salah saya ko bisa seperti ini di tinggal istri ngga punya pekerjaan. Padahal dulu saya enak hidupnya kerja lancar bisa menabung anak istri cukup tapi saya menherti hidup itu tidak selamanya di atas kadang pasti di bawah mungkin ini sudah takdir saya"

Itu hanya contoh kecil dari cerita cerita orang orang di sekitar kita.Banyak yang tidak memiliki rasa optimis seolah olah kehidupan itu sudah di atur dan manusia tinggal menjalani,hal itu tidak salah juga tapi sebagai manusia sangat di anjurkan untuk tetap semangat dan tidak mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan.Manusia itu pada dasarnya memiliki kesamaan proses contoh sebagai berikut.

1.Yang masih kecil butuh biaya untuk tumbuh besar.

2.Yang besar butuh biaya untuk dewasa.

3.Yang dewasa butuh biaya untuk berkeluarga.

4.Yang berkeluarga butuh biaya untuk rumah tangganya.

Jadi kesamaan itu yang tidak semua bisa memahami sehingga timbul kerapuhan mental dan mudah untuk pesimis merasa nasibnya lebih buruk dari orang lain.Bila sudah Seperti itu bisa bisa hilang kemampuan kompetisinya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Meskipun akhir akhir ini banyak pukulan pukulan di berbagai sendi ekonomi sosial mari tetap untuk optimis dan siap berjuang untuk keluarga tercinta.Masa boleh berganti tapi kalau kita mengerti dan mensyukuri asti ada jalan untuk menemukan ide ide ekonomi di tengah pandemi Covid19.

Kira kira begitu dulu nanti saya sambung lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun