Â
Bicara transportasi layak nyaman di mana pun, boleh berfokus kepada pengemudi dan penumpang. Abai kepada kedua mahluk ini, bisa menjadi problem lama mengemuka. Itu lagi, itu lagi!
Macet dan semrawut adalah potret yang selalu menjadi topik viral. Jika ditelusuri penyebabnya, dari sisi transportasi atau moda umum ya tersebab perilaku pengemudi dan penumpang.
Amati saja, perilaku pengemudi dan penumpang saat jam sekolah atau jam kerja. Jam sekolah yangdimaksud adalah jam ketika anak sekolah akan berangkat dan pulang sekolah. Jam kerja adalah saat pekerja ngantor  dan pulang dari kantor.
Pengemudi yang taat mulai dari rute terminal menuju trayek akhir. Â Selama perjalanan, sesekali ngetem atau berhenti di halte, menunggu penumpang atau menurunkan penumpang. Pengemudi model ini jelas sudah taat berlalu lintas.
Penumpang pun demikian. Hanya menaiki moda umum atau angkot dari terminal dan halte yang ditentukan. Tertib, pasti. Teratur, tentu. Kesemramuwan tak tampak. Apalagi jika ditunjang dengan komposisi, penumpang yang naik sesuai dengan kapasitas moda umum.
Di perkotaan, seperti DKI Jakarta, moda umum bus TransJakarta dengan tertib melaksanakan sesuai Standar Operasional. Demikian pula yang berlaku bagi moda MRT dan LRT. Walaupun belakangan mulai bermunculan adanya pelecehan seks bagi penumpang perempuan, secara umum kenyamanan masih terasakan.
Sertifikasi PengemudiÂ
Pernah ada ide dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), yang mendorong pemberlakuan sertifikasi kompetensi untuk pengemudi angkutan umum.
Alasannya, Â banyak pengemudi tidak paham soal teknologi rem misalnya jenis hydraulic (hidraulis), Air Over Hydraulic (AOH), atau full air brake. Kondisi ini juga bisa diperparah kenyataan bahwa perusahaan yang mempekerjakan para sopir juga tidak paham soal pra-inspeksi atau perawatan yang masuk dalam Sistem Manajemen Keselamatan (SMK).
Sertifikasi buat sopir bertujuan untuk menambah kompetensi spesifik buat mengemudikan kendaraan tertentu. Hal seperti ini tdak bisa didapat jika mengandalkan kepemilikan SIM. Â Sedangkan dalam praktik di jalanan, sopir butuh menguasai kendaraan yang dia gunakan termasuk pemahaman soal teknologinya.