(Bagian 2-habis)
Topik sosial tentang korupsi dengan variannya menempati porsi setengah dari total puisi, yakni 29 puisi (50%). Sisanya, 29 puisi (50%) menebar pada topik kejujuran, perekonomian, perpolitikan, nafsu dengan aneka rupanya, Â potret situasional percintaan, potret geografis, ironi kemanusiaan, dan kepalsuan.
Penyair mulai meledek pelaku korupsi, yaitu koruptor dengan mencemooh nyinyir:
...
Pahlawan makan dan minum seperlunyaÂ
Koruptor makan dan minum apa sajaÂ
Â
Pahlawan berpakaian ala kadarnyaÂ
Koruptor berpakaian bak selebritaÂ
Â
Pahlawan dipenjara karena berjuangÂ
Koruptor dipenjara karena merampok uangÂ
Â
Pahlawan dengan gagah berani menghadapi eksekusiÂ
Koruptor ngeri menghadapi regu tembak dan dihukum matiÂ
Â
Pahlawan setelah meninggal dunia selalu dikenangÂ
Koruptor setelah tiada di dunia meninggalkan belangÂ
Â
                                                             Â
atau pada puisi yang lain berjudul
Â
PERIBAHASA KORUPTOR
Ada gula ada semut.Â
Jika ada proyek, koruptor tak kalut.Â
Ada udang di balik batu.Â
Koruptor menyuap karena menginginkan sesuatu.Â
Â
Seperti anjing berebut tulang.Â
Koruptor berebut proyek hingga saling tendang.
Lempar batu sembunyi tangan.Â
Koruptor berbuat jahat tetapi rakyat jadi sasaran.Â
Â
Serigala berbulu domba.Â
Koruptor kelihatan baik tetapi hatinya tak dapat diraba.Â
...
Bagaimana si pembaca dibuat nikmat dengan puisi koplaknya? Simak pula puisi berbentuk karmina berikut.
DUA KARMINA KORUPSI
Â
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu berjuang sekarang korupsi
Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut karena korupsi
Â
Â
Â
Bisa pula sebuah puisi yang ditulis pada 29 Agustus 2015 berikut.
                                                              Â
MALAM MINGGU
Yang  jomblo
Melongo
                                                               v
Yang berpacar
Gencar
                                                               Â
Yang beristri
Ngiri
Â
Yang bersuami
Cumi
Â
Â
Enam ManfaatÂ
Ada enam manfaat sebagaimana diungkap Arwah Setiawan yang bisa diperoleh dari humor dalam kehidupan manusia dan masyarakat. Pertama, sebagai hiburan, katarsis atau pengendur ketegangan.
Kedua, sebagai tolok ukur sekaligus pendorong intelegensi. Ketiga, sebagai ungkapan sekaligus perangsang kreativitas. Keempat, sebagai sarana informasi yang enak diterima.
Kelima sebagai kritik sosial atau social corrective yang masih akseptabel. Keenam, sebagai sarana pendewasaan jiwa manusia, penunjang faktor mental "ketahanan personal" maupun "ketahanan nasional".
Walaupun penyair sekaliber Jose Rizal Manua dan Taufiq Ismail lebih dulu menulis tentang puisi-puisi humor, namun dari sisi daya ungkap dan ucap, kelima puluh delapan puisi Syukur Budiardjo, tak kalah menariknya. Itu tampak dari penentuan topik aktual hingga potret khas keseharian rakyat (kita).
Nah, ketika Anda telah tuntas membaca dan serius menelaah pengantar ini dengan jidat berkerut, itu tandanya bahwa Anda telah mempraktikkan logika alu yang sengaja sejak awal dikenalkan. Tujuannya jelas: Anda akan selalu tumpul, namun tajam menyikapi golak zaman yang kian meretas!