Keinginan orang tua menonton film horor dan langkanya film anak-anak, merupakan dua hal yang perlu disikapi.
Dalam kajian usia, orang tua yang menyukai film horor tidak menimbulkan masalah baik psikologis maupun sosiologis. Ini disebabkan kematangan usianya mampu membawa ke pemahaman akan isi film tersebut.
Langkanya film anak-anak mengakibatkan anak-anak tidak mendapat asupan gizi yang baik akan film yang layak ditontonnya. Anak-anak, Â menurut WHO, Â adalah mereka yang berusia 2 -- 10 tahun.
Beberapa film layak buat anak merupakan produk lama. Misalnya Petualangan Sherina (2000), Untuk Rena (2005), Denias Senandung Di Atas Awan (2006), Laskar Pelangi (2008), dan Keluarga Cemara (2018).
Lalu, apa jadinya jika anak-anak diajak menonton film horor bersama orang tua?
Tiga Kategori Film Anak-anak
Film horor adalah genre film yang menyuguhkan hal-hal yang menakutkan, menegangkan, dan mengerikan. Konsep film horor pada dasarnya adalah meneror penonton melalui berbagai adegan dan atau tokoh yang menakutkan.
Charles Derry (1997) kritikus film Amerika, dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film membagi genre horor menjadi tiga subgenre: Â horor psikologis (horror-of-personality), horor bencana (horror-of-Armageddon), dan horor hantu (horror-of-the-demonic).
Horor psikologis, tidak menjadikan tokoh-tokoh mitos, seperti vampir, iblis, dan monster sebagai tokoh utamanya. Dalam horor jenis ini, kita berhadapan dengan tokoh-tokoh manusia biasa yang tampak normal. Namun, di akhir film mereka memperlihatkan sisi "iblis" atau "monster" mereka.
Biasanya mereka adalah individu-individu yang "sakit jiwa" atau terasing secara sosial. Film Psycho juga dianggap memberikan model psikopat "sejati" yang kemudian akan muncul dalam film-film sesudahnya, terutama dengan adegan pembunuhan paling mencekam, yaitu adegan pembunuhan di dalam kamar mandi shower.
Horor bencana adalah jenis film horor yang mengangkat ketakutan laten manusia pada hari akhir dunia, atau hari kiamat. Manusia percaya bahwa suatu hari dunia akan hancur dan umat manusia akan binasa.
Di dalam film horor bencana ini kehancuran dunia bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti peristiwa alam (tabrakan meteor, tsunami, atau ledakan gunung berapi), serangan mahluk asing, serangan binatang, atau kombinasi semua faktor.
Film Dawn of the Dead (1978) karya George P. Romero yang menampilkan "wabah" zombie alias mayat-mayat hidup di seluruh dunia, yang mengincar orang-orang yang masih hidup untuk mereka makan atau dijadikan zombie, merupakan salah satu contoh terbaik film horor jenis ini.
Ketiga, horor hantu  yang paling dikenal dalam dunia perfilman horor atau. Film horor jenis ini menawarkan tema tentang dunia (manusia) yang menderita ketakutan,  karena kekuatan setan menguasai dunia dan mengancam kehidupan umat manusia.
Kekuatan setan itu dapat berupa penampakan sosok spiritual, atau dapat pula muncul dalam sosok hantu, penyihir jahat, iblis, dan setan.
Horor buat Anak-anak?
Memang, genre film horor termasuk yang memiliki penonton jutaan. Â Salah satunya adalah para orang tua. Namun, menilik isi dan karakteristik film horor, sebaiknya tidak mengajak serta anak-anak menonton sesuai selera orang tua.
Pertimbangkan film-film horor besutan tahun 2022 berikut, Â apakah memang cocok dengan perkembangan psikologi anak-anak tercinta kita?
Film horor Trah 7Â bercerita tentang Karyono, yang ingin meraih kekayaan dengan cara yang instan. Ia pun tergiur dengan ritual pemujaan dan melakukan perjanjian dengan para iblis.
Film Teluh adalah film horor Indonesia yang berdasarkan kisah nyata. Film ini bercerita tentang Yulia, karyawan sekaligus selingkuhan pak Indra, sang pemilik perusahaan batik.
Suatu hari, Yulia ditemukan tidak bernyawa dan dianggap bunuh diri karena jasadnya tergantung. Tak berselang lama, rumah pak Indra mendapat kiriman bola api yang dipercaya sebagai simbol ilmu hitam atau santet (teluh).
Menurut Surbakti (2008) dampak buruk dari tayangan horor terhadap psikis anak -- anak adalah terganggunya perkembangan emosi mereka. Gangguan emosi mereka direalisasikan dalam bentuk ketakutan.
Takut tidur sendiri, tidak berani ke kamar mandi, merasa dibayang-bayangi dirinya, tidak berani berada dalam rumah seorang diri apalagi sampai mengalami mimpi buruk adalah contohnya. Selain itu tayangan horor  menimbulkan gangguan fisik anak .
Gangguan fisik yang paling sering terjadi adalah : mengompol di tempat tidur, konsentrasi belajar terganggu, mengalami kesulitan belajar, lesu dan tidak bertenaga, sulit makan. Disamping itu, dampaknya adalah anak-anak jadi  terganggu pencernaannya, sakit perut bahkan kadang-kadang disertai diare.
Hal ini akan mengurangi kemampuan anak untuk meningkatkan kemampuan fisik. Pun dalam berbahasa dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H