Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Penulis - Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Beli Mobil Baru Saja!

7 Agustus 2022   09:59 Diperbarui: 7 Agustus 2022   10:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Berhasrat memiliki mobil adalah canangan, ketika kondisi tidak memungkinkan. Belum bekerja dan tentu tak ada cuan yang seharusnya ada di tabungan.

Pertimbangan? Pertama, cari kenyamanan. Apalagi sebagai perantau. Mudik setiap tahun dengan keluarga besar merupakan niatan awal memiliki mobil. Kedua, jika kelak menikah dan punya anak, kebutuhan akan mobil pasti akan lebih terasa.

Nasib mengabulkan saya bisa memiliki mobil tua dan bekas pakai pula. Problem mendasar, saya belum bisa mengendarai mobil. Maka masuk sekolah mengemudi dilakoni. Privat kepada sahabat sopir angkot pun dilakukan.

Di benak saya cuma ada satu. Dengan belajar banyak guru, maka mengendarai mobil akan segera saya capai. Apalagi teknik mengendarai sopir angkot yang penuh nekad, saya suka.

Problem berikutya, muncul. Mobil tua yang saya beli sering ngadat alias rewel. Sedikit dikit mogok. Panggil montir atau ke bengkel setali tiga uang.

Suku cadang A harus diganti karena sudah kelamaan. Demikian saran Sang Montir. Lalu, setelah diganti muncul problem yang lain. Saya pikir, ini mobil terdampak komplikasi akut. 

Servis sebulan dengan menguras kantong sampai ledis, membuat saya kesal. Mobil tersebut saya jual.

Problem berikutnya, ketika dijual pertanyaan pembeli "Tangan pertama atau kedua?" Suer, ketidaktahuan saya membuat saya kelak jadi paham dengan pertanyaan tersebut.

Beli Mobil Baru Saja!

Hikmah yang diperoleh adalah kita harus membeli mobil baru. Pertimbangannya: mesin dan body mobil masih mulus. Selain itu, ini yang utama pada BPKB (Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) atas nama kita sebagai pemilik.

Ada pengalaman yang pernah saya saksikan di mal. Sebuah mobil baru saja keluar pintu elektronik mal. Dua orang mencegat mobil tersebut.  Satu orang masuk dari sisi kiri dan satunya lagi memaksa masuk di sebelah kanan.

Perdebatan terjadi. Namun, si pembawa mobil tak berdaya dan dipentalkan ke jalanan aspal. Duh, ngeri nian!

Kelak saya mendengar cerita, bahwa kasusnya adalah mobil tersebut beli second atau dari tangan kedua. Mobil tersebut sudah diincar oleh debt collector bayaran. Alasan debt collector, karena pemilik mobil tersebut diduga wanprestasi terhadap cicilan dari sebuah leasing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun