Mohon tunggu...
Slamet Budiarto
Slamet Budiarto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Slamet Budiarto lahir di Bandung, 6 Muharam 1384 H yang bertepatan dengan 18 Mei 1964 M. Masih aktif mengajar di SMAN 2 Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Sekarang dipanggil AKUNG oleh cucu dan senantiasa didoakan oleh peserta didik dengan ucapan SALAM, berupa Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh..... .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kapan Mulai Pembelajaran Tatap Muka?

6 Februari 2021   16:02 Diperbarui: 6 Februari 2021   16:09 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Slamet Budiarto

            Pembagian rapot akhir semester 1 ini masih harus menerapkan prokes 4M. Menyusun meja rangkap dua sebagai upaya jaga jarak, meletakkan 2 botol handsanitiser di atas meja untuk cuci tangan, dan semua orang tua siswa yang hadir ' wajib ' bermasker. Adapun upaya menghindari kerumunan dibuatlah semacam kelompok kecil dalam setiap sesi. Sesi pertama dimulai dari pukul 07.00 -- 08.00 dengan jumlah orang tua siswa sebanyak 12 orang.

            Pada kesempatan ini saya mencoba untuk memperagakan bagaimana Ketika saya membuka pengajaran di depan kelas, dengan 3 S ( senyum, salam, sapa ). Agar terlihat senyum saya lepas sebentar masker dan tetap memakai face shild.  Senyum ini perlu  dilakukan bagaimanapun kondisi kita. Terlebih Ketika kita berhadapan dengan audien ( baik itu orang tua siswa atau siswa itu sendiri). Rumus senyum adalah 1.2.2.5 ( menurut Aris Ahmad Jaya, Mr. Sugesti Indonesia). Satu, senyum harus keluar dari hati dengan ikhlas. Sekaligus hal ini menggambarkan bahwa kita senang bertemu dengan audien. Sedangkan dua- dua, menunjukkan bahwa Ketika kita senyum posisi bibir mengembang 2 cm ke kiri dan 2 cm ke kanan, seperti menyebut kata keju dalam Bahasa Inggris. Adapun lima, lakukan senyum selama kurang lebih 5 detik.

            Salam yang cerdas, adalah salam yang melibatkan orang- orang yang sedang kita hadapi. Bisa dengan cara misalnya, semoga yang menjawab salam saya senantiasa dalam kondisi sehat walafiat dan terhindar dari COVID 19. Atau semoga yang menjawab salam saya diberikan rizki yang banyak dan keberkahan dari Allah SWT. Kemudian ucapkan salam. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, atau salam sejahtera untuk kita semua, atau boleh juga semangat pagi luar biasa.

            Sapa dengan sanjungan, boleh saja kita katakan ; bapak- bapak dan ibu- ibu yang berbahagia,  atau bapak- bapak dan ibu- ibu yang senantiasa dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau dihadapan peserta didik boleh kita menyapa dengan, anak- anak yang hebat... bapak merasa bangga bisa mengajar di kelas ini karena kalian sangat menonjol dalam bekerja sama dan selalu semangat.

            Memasuki kegiatan inti pembagian rapot, secara bergilir orang tua siswa maju satu per satu. Waktu yang dipergunakan juga sangat singkat. Menandatangani bukti pengambilan rapot, menyerahkan angket isian, penyerahan rapot, dan penyampaian harapan orang tua kaitan dengan pembelajaran putra- putrinya.

            Sesi kedua dihadiri oleh 12 orang tua siswa yang lainnya, dengan tata cara yang sama. Demikian juga sesi ketiga yang dihadiri oleh 10 orang tua siswa. Genaplah semua orang tua siswa hadir sebanyak 34 orang, sesuai dengan jumlah siswa di kelas  XII MIPA 2 sebanyak 34 siswa di sekolah ini.

            Angket isian berupa file yang telah dikirim kepada semua siswa, harus dikembalikan pada saat pengambilan rapot. Dan dilengkapi dengan membubuhkan materai baru 10.000 rupiah. Dari 6 butir pertanyaan yang diajukan kepada orang tua siswa, intinya adalah  seberapa siap orang tua siswa mengijinkan putra- putrinya untuk pembelajaran tatap muka ( PTM ) di sekolah. Hasilnya secara garis besar terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang mengijinkan belajar tatap muka di sekolah, kelompok kedua tidak mengijinkan, dan kelompok ketiga menyerahkan kepada  kebijakan sekolah.

             Ibu Linda yang mewakili kelompok 1, sangat mengijinkan putranya untuk belajar di sekolah. Karena dia merasa pusing mengajari dan mendampingi anak- anaknya belajar online ( daring ). Selain materi pelajaran yang rumit juga kendala wifi yang seringkali lemot dan banyak gangguan. Ya  betul dia  mencoret dengan garis tebal dalam angket pada kata tidak mengijinkan.

            Lain halnya dengan Pak Hanif, yang mencoret semua kata mengijinkan.

Beliau yang bekerja di perusahaan mobil di Kawasan Deltamas, merasa belum yakin untuk mengijinkan putrinya masuk sekolah. Kota ini masih zona merah, katanya. Belum lagi bagaimana penerapan prokes di sekolah, apakah sudah betul- betul memenuhi standar aman untuk melakukan kegiatan belajar. Menurutnya lagi, bahwa memang Pendidikan sangat penting buat anak- anak kita tetapi saat ini saya lebih mengutamakan Kesehatan keluarga.

             Adapun Pak Arfan, sepenuhnya menyerahkan kepada kebijakan sekolah apakah akan diselenggarakan  pembeajaran tatap muka atau tetap pembeajaran online. Yang penting anak saya tetap bisa belajar, syukur syukur dengan kondisi belajar seperti ini, anak saya dapat diterima di perguruan tinggi negeri, katanya.

            Solusi terbaik untuk pembelajaran dalam wabah pandemic adalah memperkuat budaya baru ( era new normal ) yang ditandai dengan, lebih serius penerapan program 4.o ( serba online ); tetap konsisten dengan prokes 4 M; merampingkan kurikulum yang berorientasi kepada minat peserta didik, sehingga ilmu yang dipelajari bisa untuk bekal hidup.  ( slametb )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun