Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menyesalah Dahulu Perbuatan Kemudian

15 Desember 2020   06:59 Diperbarui: 15 Desember 2020   08:52 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceria sejoli berbalas irama bertawar nada. Dari sangkar berkaca, aura saling gadaikan nuansa. Ada jingga menatap rana, ada ungu termangu tentang maksud senyumu. Aroma bunga gilir ke nafas, tetapi mata masih rabun keindahan dalam tatapan.

Bermain di ruang bola menjemput rasa di antara rona. Warna baru ada dalam tatapan kemilau. Andai penyesalan lazim di muka, rambu-rambu sudah diterka. Mungkin ada telaah tentang ketulusan atau kebulusan, agar dunia tetap benderang.

Tetapi penyesalan adalah blambir pemadam kebakaran. Mampu mendinginkan saat romantisme sudah menjadi arang dan abu. Tetapi masing-masing berjalan sesuai titah. Hanya tahu pagi siang senja, tapi dalam langkah-langkah masih hampa. Duka dan air mata buah residu jiwa yang abai.

Kembalikan senyumanmu pada wajah daun. Biar dia memantulkan hawawanya, wajahmu makin riang. Bentang realita jangan lagi bermesra terlarang, karena telah kau bungkus yang bersamanya. Sudah dilarung ke sungai. Jangan karena gigi-gigi emas dan bibir premium mampu bungkam protes sang kala.

Kembalilah menjadi rembulan berhijab dengan sinarnya yang teduh. Jernihkan nurani kembali menyejukkan. Ketulusan mengalir dari telaga bening. Soal yang terluka nanti kan kering. Perban saja dengan kejujuran dan Infus dengan kesetiaan.

*******

Wahana Pondok Ungu, 25/12/2020.

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun