Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menelaah dalam Keheningan Hati

12 Desember 2020   07:01 Diperbarui: 12 Desember 2020   07:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keheningan hati adalah telaga yang diam. Teratai semerbakkan aroma. Angin dini hari menyapa lembut dedaunan bepeluk embun. Sanubari kian segar setelah rembulan membagikan sari-sari kembang. Pasca terlucuti kehangatan mimpi dan berusaha meraih mimpi kenyataan di ladang nyata.

Terlantun khusuk doa-doa mohon hari esok benderang tanpa culas dan cundang. Sadari gelombang kemewahan cuatkan pesan, uang itu ada di kesempatan bukan pencarian keras. Kekayaan mudah di alap, kenapa mesti mengedap-endap. Siapa tergiur korupsi menjadi solusi dan akal sibuk cari celah demi keruk harta tanpa susah-susah.  

Jangan harapkan kaya menunggu takdir yang datang sekali. Carilah nasib yang datang berkali-kali. Nasib seperti bunga dari kuncup, mekar dan semerbak. Demikian harta akan dironakan langit beralas cakrawala. Bening cerah ke segala celah dan bermahkota kehormatan.  

Yakinlah sudah diwejangkan para sufi, para pujangga dan penyair yang raganya mati tapi jiwanya tetap hidup dalam bait bait puisinya. Korupsi dan keserakahan mempercepat ke liang lahat kubur kewibawaan dan bertonggak nista.

*******  

Bekasi, 14/12/2020.

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun