Keheningan hati adalah telaga yang diam. Teratai semerbakkan aroma. Angin dini hari menyapa lembut dedaunan bepeluk embun. Sanubari kian segar setelah rembulan membagikan sari-sari kembang. Pasca terlucuti kehangatan mimpi dan berusaha meraih mimpi kenyataan di ladang nyata.
Terlantun khusuk doa-doa mohon hari esok benderang tanpa culas dan cundang. Sadari gelombang kemewahan cuatkan pesan, uang itu ada di kesempatan bukan pencarian keras. Kekayaan mudah di alap, kenapa mesti mengedap-endap. Siapa tergiur korupsi menjadi solusi dan akal sibuk cari celah demi keruk harta tanpa susah-susah. Â
Jangan harapkan kaya menunggu takdir yang datang sekali. Carilah nasib yang datang berkali-kali. Nasib seperti bunga dari kuncup, mekar dan semerbak. Demikian harta akan dironakan langit beralas cakrawala. Bening cerah ke segala celah dan bermahkota kehormatan. Â
Yakinlah sudah diwejangkan para sufi, para pujangga dan penyair yang raganya mati tapi jiwanya tetap hidup dalam bait bait puisinya. Korupsi dan keserakahan mempercepat ke liang lahat kubur kewibawaan dan bertonggak nista.
******* Â
Bekasi, 14/12/2020.
#esawe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H