Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Manis Senyumu Pahitnya Pertiwiku Manahan Duka

25 November 2020   16:11 Diperbarui: 25 November 2020   16:17 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Saat plastik gantikan daun-daun tanda sejuk kian lenyap

Logam gusur peran pohon-pohon tandai dunia kan pengap

Sampah plastik makin terpendam tanah pun megap-megap 

Demikian penebangan pohon dimana-mana makin kalap

Tak puas menebang saat kemarau dikirimkan asap-asap

 

Nafasmu lega semilir sejuk ke dada mengeruk laba besar

Berpikirkah nadi sungai-sungai payah sampah bertebar

Dengar sih ada pimpinan kritisi sterofoam menghampar

Tapi ya sudahlah itu sama omongan orang-orang pasar 

Wajar limbah palstik, sterofoam dan residu lain menjalar 

 

Jangkar kemunafikan makin hebat dari kerja eksavator

Kendali kuasa kadang tak berkutik oleh rayuan investor

Tak peduli lengking teriak cegah bumi dari polusi mayor  

Terjadi uruk setiap jengkal sampah-sampah tahan bocor

Biarkan saja kampanye pro lingkungan mulutnya jontor 

 

Jika tingkat langit saja kurang pengertian memayungi

Biarkan badai polusi terus serang bisa berjamaah mati

Masyarakat tak peduli membuang sampah ke kali-kali

Makin berhias kelabu sterofoam berkarung menjejali

Masihkah bermimpi anak cucu hidup lega di negeri ini ?

*****

Bekasi, 25/11/2020

#esawe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun