Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

HWN Momentum Wayang sebagai Tontonan dan Tuntunan, Pepadi tetap Gelar Festival

7 November 2020   10:48 Diperbarui: 7 November 2020   12:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia dikenal memiliki beragam budaya dan kemajemukan. Ciri-ciri dari semua itu banyak memiliki hari-hari besar, dan hari bersejarah yang selalu diperingati setiap tahun. Salah satunya Hari Wayang Nasional (HWN) yang diperingati setiap tanggal 7 Nopember.

Meskipun wayang di tanah air ini menurut sejarah sudah ada sejak 1.500 tahun sebelum masehi. Tetapi baru diperingati secara resmi sejak 7 Nopemer 2004 atau satu tahun pasca Wayang Kulit menerima pengakuan dunia dari UNESCO sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 7 Nopember 2003, atau sebagai Warisan Budaya bukan Benda.

Masyarakat pecinta wayang yang tergabung dalam organisasi yang mewadahi wayang dan dalang, serta komunitas-komunitas, seperti Sekretarian Nasional Wayang Indonesia (Senawangi) dan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) pasti selalu memperingatinya. Tentu saja dengan menggelar pentas-pentas wayang semalam suntuk di beragai tempat di seluruh Indonesia. Khususnya di daerah-daerah yang memiliki budaya wayang, seperti di Jawa, Bali, Banjar, Sumatera,dll.

Bagi Pepadi dan Senawangi adanya pengakuan itu tentu menjadi penantian panjang lahirnya HWN sebagai pengakuan negara secara resmi. Entahlah kalau tidak mendapat pengakuan dahulu dari Badan Dunia PBB itu, yang kala itu dalang kondang Ki Manteb Sudarsono yang juga dijuluki "Dalang Setan" karena setiap pentas dalam memainkan wayang-wayangnya seperti digerakkan oleh setan, saking cepatnya tangan Ki dalang memainkannya seperti hidup sendiri. Mewakili penerimaan anugerah tersebut. pertanyaanya, apakah akan ada Hari wayang Nasional, mengingat pemberian pengakuan tersebut dari negara butuh penantian hingga 15 tahun.

Dok: Bolo Seno
Dok: Bolo Seno
Terkait Ki Mantep Sudarsono ditunjuk mewakili para dalang Indonesia, terbang ke Swis markasnya UNESCO. Karena sebelum pengakuan itu diberikan kata dia, para petinggi ingin melihat langsung Ki Mantep Sudarsono mementaskannya. Ternyata, kata Ki Mantep para petinggi pun terkesima dalam pentas pakeliran padat, tetapi semua tokoh yang dimainkannya sesuai karakter masing-masing dan seolah-olah wayang itu hidup. Hal tersebut dituturkan Ki Mantep saat pentas dalam rangka peringatan HWN pada 2018 di Alun-alun Marakaz, di Sektor V Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara.

Kini usia HWN sudah berjalan 17 tahun, karena Kepres juga menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Wayang.

Hanya saja karena masa pandemi Covid-19, justru dunia pewayangan dan seluruh seniman penabuh gamelan dan kru lainnya sangat terkena imbasnya. Tidak lain, karena kebijakan social distanching atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat pementasan wayang tidak dibolehkan. Alasanya pasti akan mengundang kerumunan massa. Akibatnya puluhan ribu dalang dan kru-nya menjadi pengangguran total, sejak Maret -- sekarang.

Meskipun sekarang sudah mulai digelar pertunjukan wayang climen (waktu pendek) melalui live streaming. Karena penggemarnya tetap banyak, pentas-pentas ini kemudian berkembang menjadi pentas wayang virtual. Seperti biasanya HWN yang selalu diramaikan dengan pentas wayang kulit yang dipusatkan di Alun-alun Marakaz Square dengan ratusan dalang ikut aksi. Digelar selama 5 hari berturut-turut.

Seperti pada peringatan HWN pada 2019, setiap malam selalu menampilkan dalang-dalang pilihan untuk unjuk kebolehan dan berkolaborasi dengan beberapa dalang. Kemudian hari terakhir di tutup dengan Pentas Dalang Kondang dari DI Yogyakarta KI Seno Nugroho dengan Lakon Wirotoparwo, dan menjadi kesedihan serta merasa kehilangan karena pada HWN saat ini, beliau sudah berpulang menghadap Illahi.

Perlu kita ketahui Pepadi sebagai rumahnya dalang tetap memperingati HWN dengan menggelar pentas wayang kulit dengan puluhan dalang juga. Haya disesuaikan dengan kondisi saat ini, yaitu pertunjukan secara virtual. Tepatnya mulai hari ini 7 -- 16 November akan digelar Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional yang diikuti 27 dalang dan 30 dalang muda dari 11 provinsi.

Dok: Bolo Seno
Dok: Bolo Seno
Selama pementasan wayang kulit tidak pernah sepi di berbagai tempat. Selama HWN selalu terlaksana peringatan sangat meriah. Tidak lain, karena peran Ketua Pepadi Nasional, Kondang Sutrisno. Dengan dukungan Pengurus Pepadi Jakarta Timur dan Bekasi Agus Joko Riono (Ketua) dan Ki Dalang Wahyu Darma Aji (Wakil Ketua), serta keluarga besar Sanggar Putro Dahono, yakni sanggar karawitan di bawah naungan Yayasan Putro Pendowo. Jura para terutama Komunitas Penggemar Wayang Sejaodetabek (KPWS), benar-benar selalu berupaya menjadi tuan rumah yang baik bagi para peinta wayang kulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun