Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelum Datang Pancabaya Sambutlah Manis Pancaroba dengan Beribu Kasih

22 September 2020   16:36 Diperbarui: 22 September 2020   17:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuucapkan selamat datang sang sejuk bersayap gerimis. Kau adalah segalanya di mata kehidupan. Menyapa ramah kepada tiap wajah. Yang tak mampu bicara pun dipandu sampai mengerti. Membantu segala rasa dan tak mengenal kasta, strata atau kuasa. Sebab yang kau tenteng itu peradaban. Kau juga taburkan penawar ke dalam masker masker kemunafikan.    

Lega ketika hamparan debu kau tutup, gersang kau hijaukan. Seketika dendang cinta terdengar. Menanti mijah kehidupan baru lahir dari sekat sekat dan lepas ke alam bebas. Dari ruang sempit ke lapang dan dari kusam, kelabu ke jingga. Dibersihkan dari mata kaki sampai mata batin. Mulai daki yang melekat hingga merobek wajah wajah haram bukan muhrim tetapi dalam rahim.

Jadilah pemilik rumah yang ramah tamu yang datang membawa berkah. Mengajari sedekah, jariah hingga keringat dan peluh di tubuh disekakannya. Dia tidak minta suguhan mahal, mewah, rumit juga menyulitkan. Dia cuma butuh jernih hati dan bening pikir. Tak keliru mari kita belajar jadi tuan rumah yang baik. Tak melupa apalagi lalai bisa saja kan berbuah kepanikan. Bahkan nestapa dipertontonkan karena yang datang air bah berwajah angkuh.

Mumpung warna masih kuning berbenahlah. Lekak lekuk jalan tamu langit itu dipercantik. Bantal bantal lusuh dan kumuh yang berserakan angkut dan bakar. Jangan biarkan warna menjadi merah karena hitamlah nasib yang akan mengalir. Sebelum alunan nafas tersengal sengal. Turaplah hati kita yang acuh tuk peduli dan jaga lingkungan. Bagi yang arif tetap ramah ucap selamat datang lebat hujan, semoga cepat kembali ke laut.       .   

*****

Bekasi 220920.

##Slamet Arsa Wijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun