Mohon tunggu...
Slamet Bowo Sbs
Slamet Bowo Sbs Mohon Tunggu... Jurnalis - Sarana Berbagi

Bukan siapa-siapa namun bertekad memberikan yang terbaik untuk sesama, pernah 7 tahun menjadi "pekerja" media . Saya bisa dihubungi di wa/call 085245208831, email : slametbowo83@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget

True Story: Hoaks Renggut Dua Nyawa

15 Januari 2019   11:35 Diperbarui: 17 Januari 2019   13:30 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DUA MENINGGAL - Pembakaran kendaraan disertai pembunuhan dua orang pedagang kelontong keliling di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau, 2011 silam. Pembunuhan ini berawal dari hoaks yang direspon berlkebuihberlebih oleh warga. Dokpri

Akhir-akhir ini Indonesia sering dihebohkan dengan beredarnya berita bohong alias hoaks baik seputar Pemilu ada juga seputar isu lain. Sebagian berujung pada laporan ke polisi, sementara ada beberapa kasus merenggut nyawa manusia secara langsung. Saya ingin membagikan cerita nyata hoaks yang merenggut nyawa manusia.

Cerita ini bukan untuk menakut-nakuti, saya hanya ingin berbagi bahaya hoaks di masyarakat. Berikut lengkapnya.

Saya lebih suka menyebutnya sebagai true story alias kisah nyata, karena langsung mengalaminya. Sudah beberapa kali juga saya membagikannya agar sobat yang lain mengerti bahayanya broadcast mesengger (BM) atau menyebarkan pesan secara sembarangan tanpa terlebih dahulu diketahui apakah informasi yang kita sampaikan benar atau hoaks.

Yang membuat saya semakin terdorong untuk membagikan informasi ini, karna hanya sedikit pengguna telepon seluler yang mengerti bahwa tak semua orang memiliki cara pandang yang sama terhadap sebuah pesan singkat. Sebagian yang lain menyebarkan BM hanya untuk suka-suka meskipun sebagian yang lain menganggapnya serius bahkan berpotensi membahayakan nyawa orang lain.

Kisah nyata ini saya alami sekitar tahun 2011 silam, saat saya mendapat penugasan peliputan selama sembilan (9) bulan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kejadian persisnya sekitar bulan Maret, bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah di beberapa kabupaten yang ada di Kalbar.

Kejadian bermula ketika marak SMS gelap yang menyebutkan adanya orang-orang berkeliaran untuk menculik anak-anak untuk dijadikan tumbal yang dalam bahasa lokal disebut Ngayau. Dalam minggu-minggu tersebut, saya bahkan lebih dari tiga kali mendapatkan pesan singkat dan BM yang sama dari nomor yang tidak saya kenal.

Bagi saya dan bagi sebagian pengguna telepon seluler tentu informasi tersebut hanya dianggap sebagai berita bohong alias hoaks. Karena isu penculikan anak untuk tumbal sudah menjadi layaknya cerita legenda untuk menakut-nakuti anak kecil agar tidak bermain terlalu jauh dari rumah dan hingga larut malam.

Tapi alangkah terkejutnya saya, ketika tanggal 7 Maret 2011 sekitar pukul 21.00 WIB malam ketika mendengar kabar di Kecamatan Meliau terjadi kasus penghilangan nyawa (pembunuhan) terhadap dua orang pedagang keliling yang dilakukan oleh puluhan orang di sebuah desa yang berjarak sekitar lima jam dari Ibukota Kabupaten Sanggau. Untuk membukktikan bukan berita bohong, malam itu juga saya meluncur ke ibu kota Kecamatan Meliau yang berjarak sekitar dua jam dari Kota Sanggau.

Dan seperti dugaan awal saya, berita tersebut benar adanya. Setelah menunggu hingga pagi, akhirnya saya bersama rombongan sekitar tiga truk pasukan brimob yang didatangkan dari Polda Kalbar langsung mendatangi lokasi kejadian. Yang membuat saya tercengang bukan kondisi korban yang tidak utuh lagi, melainkan lokasi kejadian yang rupanya sulit terjangkau oleh sinyal jaringan seluler.

DUA MENINGGAL - Pembakaran kendaraan disertai pembunuhan dua orang pedagang kelontong keliling di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau, 2011 silam. Pembunuhan ini berawal dari hoaks yang direspon berlkebuihberlebih oleh warga. Dokpri
DUA MENINGGAL - Pembakaran kendaraan disertai pembunuhan dua orang pedagang kelontong keliling di Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau, 2011 silam. Pembunuhan ini berawal dari hoaks yang direspon berlkebuihberlebih oleh warga. Dokpri
Pertanyaan besar berikutnya, mengapa informasi itu mudah menyebar padahal untuk mendapat sinyal, warga sekitar harus ke dataran yang lebih tinggi, itupun sinyal yang ada hilang datang.

Dalam analisa awam saya, bagaimana bisa sebuah pesan singkat (BM) bisa menyebar begitu masif di wilayah tersebut. Tapi begitulan sifat informasi, dapat dikirim melalui pesan singkat bisa juga dari mulut ke mulut. Akibatnya sangat fatal, kejadian pertama ini menewaskan dua orang yang jelas tidak tahu menahu mengapa mereka harus meregang nyawa.

Sebagian sobat pembaca tentu berfikiran, pasti ada sebab lain yang menjadi pemicu kejadian pembunuhan tersebut. Tapi kita tentu tidak boleh berasumsi, karena memang menurut pengakuan masyarakat di wilayah tersebut pembunuhan yang terjadi murni karena isu yg menyebar melalui pesan singkat secara massal.

Belum selesai dengan kejadian pertama, bahkan masih terasa pegal badan saya karna jauhnya perjalanan yang harus ditempuh. Kami kembali dikejutkan dengan kejadian kedua yang terjadi hanya sekitar satu jam perjalanan dari Kota Sanggau, bahkan masih satu kecamatan dengan Kota Sanggau.

Beruntungnya, korban kejadian kedua tak sampai meninggal dunia hanya mengalami luka bakar karna siraman air keras di sekujur tubuh. Penyebabnya ternyata sama, pesan singkat tentang penculikan anak yang konon dilakukan oleh orang yang tidak dikenal. Yang lebih unik, korban kejadian pertama dan kedua adalah orang yang sering keluar masuk di wilayah tersebut alias mestinya bukan orang baru.

Terlepas dari persoalan kriminal lain yang mendasari dua kejadian tersebut, menyebar BM secara sembarangan tanpa dicari kebenaran informasi tersebut adalah hal perilaku yang kurang bijak. Dampaknya pun jelas, karena jelas tidak semua orang atau sekelompok orang memiliki pemahaman yang atas sebuah persoalan, bahkan yang sepele sekalipun.

Sebagian sobat tentu ragu dengan true story yang saya ceritakan di bagian atas begitupun saya jika diposisi sobat. Tapi saya mengalami langsung, bahkan turut bersama rombongan pasukan brimob kala mendatangi lokasi kejadian yang membuat saya bisa memastikan kejadian ini memang benar adanya.

Untuk itu, menyebar BM berisi kehilangan motor tak jelas, tabrak lari bodong, kecalakaan bus dengan puluhan orang meninggal, pencurian di masjid dan seterusnya yang jelas salah adalah perilaku zolim. Lebih baik, cari kebenaran informasi tersebut, baru laporkan ke pihak berwajib jika memang ada, dan luruskan jika kita merasa lebih tahu.

Karena pasti, niat baik menyebarkan informasi yang kita lakukan tak kan bisa diterima baik pula oleh orang yang menerimannya. Karena kita dari latar belakang sosial berbeda, pendidikan berbeda, strata ekonomi berbeda hingga RAS berbeda pula. Hal yang lazim bagi satu orang bisa dianggap luar biasa bagi orang lain. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun