Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja TI yang suka photography dan travel

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis untuk Berkomunikasi: Generasi Copy Paste

7 Desember 2013   01:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Dari forum tetangga'. Itulah kalimat pertama saat menerima pesan dari sebuah group forum diskusi. Mungkin kalimat yang sudah tidak asing bagi kita, terutama jika kita mengikuti group BBM atau Whatsapp.

Kalau dilihat dari sudut pandang marketing ataupun teknologi, hal tersebut sudah lumrah di era sekarang ini. Word of Mouth (WOM) atau bahasa lokalnya dari mulut ke mulut sudah umum dilakukan sejak bahasa tulisan belum dikenal dalam sebuah peradaban. Bedanya terletak pada medium yang digunakan. Saat ini gadget atau perangkat komunikasi sudah semakin murah, internet merupakan sahabat keseharian, maka informasi tidak lagi dicari, namun tersaji tanpa dibatasi. Tanpa hambatan ruang dan waktu, satu klik informasi sudah tersebar ke jagat maya terkini.

Lalu apa masalahnya? Pertanyaan itulah yang muncul, bukan hanya saya, tapi mungkin di benak kita yang membaca.

Terbiasa berbagi dengan meneruskan informasi atau sering dikenal dengan kata copy paste kian mengubah prilaku orang untuk malas menulis. Menginformasikan apa yang ada pada diri kita, apakah itu ilmu, pengalaman ataupun sekedar cerita menjadi hal yang jarang dilakukan. Coba gunakan mesin mencari internet semisal Google. Ketiklah sebuah kata kunci apapun yang kita suka, maka akan kita dapati duplikasi informasi yang sama persis namun dengan nama penulis yang berbeda.

Mungkin itulah dampak dari WOM yang tidak bisa kita hidari. Dengan teknologi maha mudah yang sekarang ini melanda generasi gadget. Facebook, Twitter atau media sosial sejenis bukan lagi milik kalangan yang "melek IT". Lalu mengapa mereka enggan menulis, apakah menulis itu sulit?

Tentu saja tidak, sejak bayi lahir dia sudah menulis lewat tangisan pertamanya dengan medium gelombang suara. Beranjak ke balita, mereka menulis lewat medium sebuah lukisan dengan imajinasi khas seorang anak. Lalu apa bedanya mereka dengan jaman dimana orang terdahulu menulis lewat gambar di goa-goa prasejarah, kaum Indian kuno menulis lewat media asap atau para nenek moyang kita menulis lewat relief di candi-candi yang mereka buat semisal Borobudur. Apakah yang mereka lakukan adalah copy paste?

Menulis adalah karya. Menulis  adalah bentuk komunikasi yang ada pada diri kita untuk di ketahui oleh orang lain.  Sehingga apa yang kita rasakan, sebuah kejadian gembira atau peristiwa yang memilukan sekalipun dapat di tulis sebagai pengalaman pribadi yang dapat kita bagi untuk orang lain. Itu menjadi sebuah pelajaran untuk diikuti atau dihindari bagi yang membacanya. Seperti layaknya anak kecil yang sudah memasuki masa sekolah dimana bahasa tulisan mulai diajarkan, maka tulislah apa yang kita alami untuk sekedar menjadi pembelajaran untuk orang lain. Berbagi itu mudah. Sebuah ungkapan yang bukan sekadar kata-kata.

Depok, 07 Desember 2013

ManusiaMencariMakna

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun