Mohon tunggu...
Slamet Mulyani
Slamet Mulyani Mohon Tunggu... Dosen - Peminat Pendidikan dan Bahasa Arab

Dosen Bahasa Arab STAIN Bengkalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan, Hujan dan Kesabaran

18 Agustus 2018   16:33 Diperbarui: 18 Agustus 2018   16:47 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin hari ini kamu menangis. Tapi percayalah, Tuhan sedang menyiapkan satu cara agar kamu dapat tersenyum bahagia di hari esok. Lihatlah, Tuhan tak pernah membiarkan hamparan bumi ini tandus. Setelah kemarau panjang selalu ada hujan yang menyirami gersang tanah. Lalu, apakah kamu mengira Tuhan akan membiarkan gersang itu bersemayam di hati kita untuk selamanya??

Coba perhatikan, setelah badai yang menakutkan itu akan ada pelangi yang indah. Bahkan jika eloknya pelangi tak kunjung kau temukan, akan ada jutaan bintang yang menyelimutimu dari pekat malam. Begitulah semesta. Selalu ada keindahan dibalik segala peristiwa.

Ya. Ini hanya masalah waktu. Setiap sesuatu akan bergerak dan berhenti saat waktunya tiba. Waktu memang begitu. Ia tak pernah berpihak kepada siapa pun. Bahkan ia juga tak dapat diintervensi kecuali oleh Sang Pencipta. Kita juga tak pernah bisa mengaturnya. Semua hanya berusaha mempersiapkan segalanya sebaik mungkin. Itulah mengapa Tuhan sampai "bersumpah" atas nama waktu.

Maka bersabarlah. Itu satu-satunya kunci yang dapat menentramkanmu saat ini. Sadar atau tidak, sabar adalah kunci segala sesuatu. Tak hanya gundah yang sedang menyapa hati kita. Bahkan riuh politik yang begitu menggemaskan saat ini juga akan berhenti saat waktunya tiba. Kita hanya perlu istiqamah dalam kesabaran sambil terus berusaha sebaik mungkin. Tak perlu mencaci saudara dan jangan lagi meratap serta menyalahkan diri sendiri.

Jika kamu ingat, dahulu kita selalu bersabar menanti kehadiran rintik hujan. Bukan karena selaksa rindu yang tersimpan di dalamnya. Bukan pula karena bayang kekasih yang hilang entah kemana. Sebab kala itu kita memang tak mengenal rindu. Apalagi kekasih hati. Yang jelas, kita selalu ingin menari-nari sambil menikmati setiap rintik hujan yang turun dari langit.

Sekali lagi bersabarlah. Bila waktunya tiba. Angin akan mengajakmu bernyanyi dan menari bersama.

Selatbaru, 18082018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun