Siang itu kebetulan kuliahku dilibur karena dosennya sedeng ada acara diluar kota, mumpung ada kesempatan aku mengajak Anisa betemu tetapi hanya berdua saja tanpa mengajak Anggi dan Kristin. Karena aku tidak mau mendengar ejekan-ejekan mereka kepadaku, banyak sekali hal yang aku keluhkan kepada Anisa tentang perasaankuketika diejek oleh sahabat sendiri (Anggi dan Kristin).Setelah cerita panjang lebar kepada Anisa rasanya plong, karena Anisa siap membantu bicara kepada mereka berdua agar tidak ngejek aku lagi. Sebenarnya kalau masalah pasangan aku berusaha nyari tapi Tuhan belum ngirimin jadi ya aku bersabar aja.
Selang dua minggu aku curhat kepada Anisa, kami berempat seperti biasanya yaitu nongkrong bareng di café dalam perjalanan aku merasa was-was takutnya nanti aku di ejek lagi oleh Anggi dan Kristin. Malam itu aku sengaja datang terlambat, ketika sampai didepan caféaku melirik kearah jam tangan ternyata menujukan pukul 19.00 padahal biasanya setengah jam sebelumnya kami sudah berkumpul. Dari kejauhan aku melihat mereka bertiga sedang berbincang dengan seorang cowok “hmmm cukup ganteng sih” dalam pikiranku. Setelah sampai disebelah meja mereka aku menyapa terlebih dahulu karena merasa bersalah.
“Hai gengs sorry telat soal macet tadi” sapa sekaligus alasanku.
“Iya gpp santai aja kali Fen” jawab mereka bertiga, laki-laki yang tadinya berbicara dengan para sahabatku itu ternyata memperhatikanku.
“Oh iya, kenalin ini teman kampusku” Anisa memperkanalkannya padaku.
“hehehehe” Anggi dan Kristin nyengir melihat ekspresi wajahku, karena mereka tau kalau kau sangat jarang seklali bicara sama cowok.
“Hai, aku Feny” sapaku sambil malu-malu.
“Aku Wisnu” jawabnya dengan lembut.
Seteleh saling menyapa aku duduk dan mulailah kami beerempat salaing cerita panjang lebar tentang kegiatan mereka. Sempat terlintaskan didalam benakku apakah aku ini sengaja dikerjain sama sahabat-sahabatku ini, “alah yah sudahlah” pikirku. Ditengah-tengah seru-serunya pembicaraan kami, si Anggi mungkin keceplosan karena terlalu sering ngejekin aku.
“Cie si LGBT malu-malu dideketin sama cowok” menengar ucapan Anggi mukaku seketika memerah. Aku hanya terdiam karena aku tidak tau harus ngomong apa karena disebelahku ada Wisnu.
“Udah-udah jagan ngejek Feny terus ah, kan kasihan” bela Anisa sambil sewot.