Mohon tunggu...
SLAMET SAPERI
SLAMET SAPERI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta dan Blogger

Ingin Belajar Menulis dengan Baik dan Benar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Susahnya Mencari Tulang Rusuk yang Patah

27 Oktober 2015   21:50 Diperbarui: 27 Oktober 2015   22:50 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Semua orang entah itu laki-laki maupun perempuan pasti akan merindukan sosok seseorang yang bisa mendampinginya dikemudian hari, setiap laki-laki dan perempuan juga mempunyai kriteria yang berbeda-beda dalam memilih pasangan, mulai dari ujung kaki sampai dengan ujung rambut. Semua orang pasti ingin memiliki pasangan yang sempurna, pertanyaannya adalah seperti apakah kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia baik laki-laki maupun perempuan.

Tidak munafik, kesempurnaan yang diharapkan para laki-laki dan perempuan hanyalah satu sebenarnya yaitu hanya kecantikan dan ketampanan saja lain itu bisa menyusul. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan fenomena-fenomena yang ada di sekitar kita diantaranya yaitu; 1) Semua orang tau minum itu dosa tapi pada kenyataannya seorang wanita biasa saja ketika mempunyai kekasih/pasangan yang pemabuk; 2) Semua orang itu tau kalau membuka aurat itu hukumnya haram tapi pada kenyataannya seorang laki-laki membiarkan kekasih/pasangannya memakai baju yang mini-mini.

Aku adalah seorang pelajar SMA di salah satu kota pendidikan di Jawa Timur lebih tepatnya yaitu kota Malang, kota yang terkenal dengan berpuluh-puluh ribu pelajar dan mahasiswa. Aku mempunyai kisah sedih dalam mencari seorang pasangan, aku sadar dari segala hal aku mengalami banyak sekali kekurangan, mulai dari tampang yang kurang keren, otak yang begitu ngepas, kendaraan yang butut dan samapi kantong yang begitu kering. Terlepas dari semua itu aku memiliki banyak sekali teman, walau terkadang juga sangat meneyesal memiliki banyak teman, alasanya karena aku sering sekali menjadi objek ejekan teman-temanku.

Bagiku bukan hanya sekolah saja yang ada ujian melaikan kita hidup itu memang untuk di uji oleh Tuhan. Keseharianku, sebelum berangkat kesekolah aku membantu kedua orang tuaku yang bekerja sebagai penjual nasi bungkus setiap paginya, karena pengahasilan orang tuaku tidak seberapa hanya cukup buat makan dan biaya sekolahku, mereka tidak bisa menyewa tempat untuk membuka warung secara menetap. Walaupun seperti itu aku dan sekelurga sangatlah bahagia, kedua orang tuaku selalu menanamkan sikap rendah hati dan pesan yang paling penting yang mungkin tak akan pernah terlupakan seumur hidupku yaitu “jangan pernah melihat keatas tapi melihatlah kebawah maka kamu akan bahagia”.

Waktu itu aku kelas XI IPA 1 yang merupkan kelas Favorit pada waktu itu, dikelasku ada seorang perempuan yang cantik menurut pandangan mataku namanya Arum Dahlia biasanya teman-teman kelas memanggilnya Arum. Sejak pertama kali aku masuk kelas pandangan mataku tertuju pada Arum, karena kecantikan dan keluguhannya aku jatuh cinta pada pandangan pertama, namun sayangnya aku tidak pernah berani untuk mengungkapkan perasaanku kepada Arum. Karena banyak sekali faktor yang menyebabkan aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku, aku hanya bisa diam membisu dan hanya bisa memandanginya dari kejauhan.

Kelas sudah berjalan satu semester aku hanya bisa diam dan memandanginya dari kejauhan, terkadang aku berfikir laki-laki macam apa aku ini beraninya cuman cinta dalam hati saja, tak pernah berani mengungkapkanya secara langsung. Setelah mempertimbangkannya masak-masak akhirnya aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Arum diakhir semester nanti. Disela-sela aku mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepada Arum, aku mendengar kabar kalau Arum baru saja jadian dengan teman kakaknya. Setelah mendengar berita tersebut tak ada lagi semangat untuk berangkat ke sekolah, rasa kecewa seketika itu mulai muncul dari dalam diriku, dan mulai timbul pertanya “kenapa tidak dari dulu aku mengungkapkan perasaanku kepada Arum?” selain pertanyaan itu masih pertanyaan-pertanyaan yang menggangguku.

Dengan perasaan kecewa aku berusaha melupakan Arum dari dalam benakku, setelah dua minggu berlalu perasaan itu mulai memudar karena aku melihat sosok perumpuan asing yang belum pernah aku lihat sebelumnya berada di kelasku, setelah aku tanyakan kepada teman-teman di kelas ternya perempuan asing itu merupakan anak pindahan dari salah satu SMA di Surabaya. Sekilas aku melihat senyumnya yang begitu manis dan raut wajahnya yang begitu menawan membuatku melupakan Arum seketika itu. Setelah melihatnya dengan sekilas dalam benakku mulai berfikir, “kali ini jangan sampai kecolongan lagi nih” segera mungkin aku mendekatinya dan mengajaknya berkenalan dengan pedenya aku.

“Hai, anak baru ya ?” aku sok manis sama dia.

“Iya, aku anak baru” dia menjawab dengan malu-malu.

“Kalau boleh tau nama kamu siapa ?” tanpa basa-basi aku langsung tanya siapa namanya,

“Mukhodatul Afida, biasa di panggil Fida” dia menjawanya dengan nada yang lembut.

“Iya, J asalnya dari mana ? sambil tersenyum, lalu aku tanya asalnya dari mana.

“Dari Surabaya, udah dulu ya aku mau kekantin” tanpa senyum dia langsung meninggalkanku.
Setelah perkenalan itu aku berusaha mendekatinya, walau tampang kurang begitu keren tetep lanjut saja. Aku berusaha perhatian kepadanya, setiap ada tugas aku selalu membantunya, tapi aku merasa Fida menanggapinya dengan biasa saja. Walaupun seperti itu aku tetap berusaha mendekati Fida, terkadang aku berfikitr “betapa malangnya nasibku ini” tetapi pikiran itu selalu aku buang jauh-jauh. Setelah pedekate kurang lebih dua bulan aku mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. Malam yang aku tunggu-tunggu mulai tiba yaitu malam minggu, aku mengajak Fida keluar tentunya ketempat yang romantis menurutku, tepatnya jam 18.30 WIB aku menjemput Fida dengan sepeda motor bututku. Beberapa menit kemudian akhirnya sampailah pada tempat yang aku tuju, setelah memesan beberapa makanan mulai mengungkapnya isi hatiku kepada Fida.

“Fida, aku mau ngomong sesuatu sama kamu boleh?” basa-basiku.

“Iya, silahkan ngomong aja” nada suaranya yang lembut membuat hatiku semakin bergetar.

“Sesebenarnya aku suka sama kamu ?” dengan keringat yang membasahi tubuh aku berusaha mengungkapkan isi hatiku kepada Fida.

“Sebenarnya aku juga suka sama kamu, tapi aku tidak boleh pacaran sama orang tua” dengan wajah kelihatan ketakutan.

“Oww gitu” aku terdiam seketika itu.

“Kita temenan aja itu akan lebih baik” Fida memberikan stimulus, karena suasana tiba-tiba menjadi sunyi.

“Iya gpp” jawabku dengan nada sedikit kecewa.

Malam sudah larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 21.00 WIB aku segera mungkin mengajak Fida pulang dan mengantarkan ke rumahnya, diperjalanan pulang banyak sekali pertanyaan yang muncul dari dalam benakku. Dengan hati yang sedikit kecewa dan mau tidak mau aku harus menerima kenyataan kalau Fida menolak cintaku, setelah kejadian itu hariku tetap berjalan seperti hari-hari biasanya yaitu banyak teman yang menghiburku ada juga teman yang menghinaku, hal seperti itu sudah biasa bagiku yang aku sayangkan bukanlah hal seperti itu melainkan tanpa seorang yang spesial.

Aku berusaha melupakan Fida dari dalam benakku dan berusaha kembali kepada prioritasku sebagai soerang pelajar di sekolah yaitu belajar, memang semua orang itu pasti memiliki keinginan untuk memiliki pasangan entah laki-laki maupun perempuan, seperti halnya yang dikemukakan oleh salah satu tokoh besar psikologi yaitu Freud yang mana manusia itu selalu membutuhkan kepuasan secara seksualitas (dalam Alwisol, 2013). Selama kepuasan itu belum terpenuhi maka seorang itu akan terus mencari dan mencari sampai pada akhirnya hal yang diinginkan itu terpenuhi/terpuaskan.

Setelah beberapa kejadian itu, aku untuk sementara berusaha untuk mnahan egoku untuk mencari seorang pasangan, setelah beberapa bulan kemudian aku berhasil melupakan kedua wanita yang sangat aku sukai tersebut siapa lagi kalau bukan Arum dan Fida.

Ada banyak sekali hikmah yang aku dapatkan dari kisahku ini, diantaranya yaitu jangan terlalu tergesah-gesah dalam menginginkan sesuatu, dan juga jangan terlalu lamban dalam menginginkan sesuatu yang kita inginkan karena jika telalu lamban maka akan tertinggal, semua orang pasti memiliki kisah tersendiri mengenai pasangan masing-masing. Disela-sela keseriuskanku dalam belajar antara sadar dan tidak sadar ada seorang wanita yang diam-diam naksir padaku, entah kepedean atau apa tapi aku ngerasanya seperti itu, apakah aku akan jatuh cinta padanya entahlah kita lihat aja nanti.

By: SR

****

 

Refrensi:

Alwisol, (2013) Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun