“Jadi gimana nih Mam, apa yang harus aku lakukan sekarang ?” dengan ekspresi wajah yang gelisah.
“Kamu itu Val kayak orang di kerjar-kerjar hutang aja” Imam menggodaku.
“Aku Tanya sekali lagi, kamu yakin apa tidak dengan perasaan kamu dan yang terpenting Maia kira-kira juga memiliki perasaan yang sama apa tidak ?” Imam dengang serius memberikanku pencerahan.
“Kalau belum di coba sampai kapanpun aku tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Maia terhadapku” aku juga serius menanggapi Imam.
“Terus sekarang kenapa kamu disini ?” tiba-tiba Imam bertanya padaku, dengan nada yang pelan.
“Maksudnya ?” aku bingung.
“Kalau kamu yakin kenapa masih disini, cepat kejar cintamu sana” Imam dengan nada tingga, dengan wajah ceria dan memberi semangat.
Aku merupakan yang memiliki prinsip, aku selalu percaya kalau cinta itu harus memiliki, jangan pernah percaya istilah cinta tidak harus memiliki, karena orang yang seperti itu merupakan orang yang tidak mau berusaha untuk mengejar dan mencari cintanya. Satu hal lagi, kita juga tidak berhak memiliki cinta yang telah dimiliki oleh orang lain, karena semua orang sudah memiliki cinta masing-masing. Di dunia ini tidak ada yang tidak berpasang-pasangan semuanya diciptakan berpasang-pasangan mulai dari mata, tangan, kaki, telinga dan bagian-bagian yang lainya.
Sore itu, aku mengajak Maia ke Caffe di daerah dekat kampus dimana biasanya kami nongkrong bareng. Setelah pesan makanan dan minuman, entah mengapa keringat mulai keluar membasahi seluruh tubuhku, tidak seperti biasanya hal seperti ini terjadi padaku tanpa aku sadari. Sambil makan aku berusaha mengungkapkan perasaanku kepada Maia tapi dia biasah aja.
“Mai, aaakuu aaakkuu” aku gaguk mengatakan apa yang ingin aku katakana.
“Iya Val, kenpa ?” Maia balik bertanya.