PK Ujung : “Lumayan. Kalau ditukar ada lah 14 juta. Itu gaji suamiku belum sempat ditukar”
PK 3 : “Oooo... masih dollar singapur?. Tuyul kan nggak kenal dollar. Ga akan diambil”
Saya : “Udahlah kita lihat ke kamarmu aja. Ayo...”
Kami menuju kamar ujung. Mengendap-endap tak bersuara. Seperti berbaris dengan urutan saya, PK ujung, PK 2 dan PK 3. Pintu kamar ujung masih terbuka. Pandangan kami langsung menuju jendela. Tidak ada siapa siapa. tapi ada terlihat 4 jari memegangi kusen jendela. Kami berbalik arah berebutan mau keluar lagi. Jantung rasanya mau copot. Saya amati dari pintu jarinya terlihat sangat nyata. Saya memberanikan diri masuk lagi dan memegang tangannya. Mukanya tiba tiba udah di depan wajah saya lengkap dengan senyum cap gigi 2 kelinci.
Kami bawa dia masuk ke kamar, lapor ibu kos, ternyata anak itu adalah keponakan kamar sebelahnya lagi yang baru datang tadi sore. Anak itu bilang di kamar panas dan dia cuma mau jalan jalan dan manjat jendela. Tantenya belum pulang karena masuk shift jam 11 malam. Tapi kenapa jam 2 pagi? Belum lagi lebar pinggiran tembok itu cuma 40 cm. Entahlah...
Tadi malam temanku datang ke kos, sekalian nginap. Dia curhat panjang benar. Mulai dari pekerjaannya, bosnya yang nyebelin, tunjungan yang makin kecil, hingga kecelakaan maut di persimpangan dekat rumahnya. 2 orang perempuan baru pulang kerja diserempet oleh mobil truk kontainer. Mereka jatuh dan ditabrak oleh ban belakang kontainer. Keduanya meninggal di TKP.
“Aduh aku merinding nih”, kataku. Sambil menunjukkan tanganku yang penuh rambut. Ingat bukan bulu loh... rambut! Rambut di tanganku berdiri tegak sehingga pori-pori ku terlihat jelas. “Apa hantu orang meninggal yang kita ceritain tadi ke sini?”, kata temanku sambil merapatkan posisi duduknya ke saya. “Bukan, Aku mau BAB dah ga tahan, abis ceritamu panjang aku ga enak motongnya”, jawabku sambil berlari menuju toilet.
Oh ya... hampir lupa. Setiap saya merasa takut, saya selalu melihat pergelangan kaki kiri. Tak perlu takut, saya pernah mengalahkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H