Manik mata yang bertautan erat terlepas.
Maria melangkah, tergesa. Ada pesawat yang harus ia kejar. Ada rasa sakit yang harus ia tahankan. Sepersekian detik ia menoleh, menyaksikan wajah putrinya berurai air mata. Ia melambai, menyunggingkan selarik senyum penuh jutaan kemungkinan. Lalu ia pergi, tanpa menoleh lagi.
*
Ketika kakinya melangkah di pintu pesawat yang akan membawanya ke Arab Saudi, perempuan itu, Maria tidak tahu bahwa setahun kemudian janjinya akan ditepati. Saat itu semua rasa sakitnya akan sembuh, diambil Izrail yang menyaru menjadi seseorang bernama majikan. Saat itu, ia tak akan lagi memiliki kesempatan untuk mengecap luka-luka. Ia terbebaskan.
Tubuh Maria kembali, di dalam peti mati.
----
Bandung, 30 Juli 2013
Kelak, cerita ini akan tergenapkan sebagai ramalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H