Mohon tunggu...
Langit Amaravati
Langit Amaravati Mohon Tunggu... lainnya -

An author\r\nhttp://langit-amaravati.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malka

19 Februari 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mata di pipinya menggenang.

Kuletakkan garpu dan pisau karena tiba-tiba merasa sangat kenyang.  “Sudah kubilang kan, jangan suka sok pahlawan deh.  Coba kalau kamu ada, aku tak harus keguguran, aku tak harus menanggung malu karena hamil di luar nikah, aku tak harus berada di sini dan ngomong sama kamu dengan cara seperti ini,” kini aku ingin menangis, ada banyak beban yang ingin aku tumpahkan.

Dia menunduk.  Tak berani menatap mataku yang berlinang amarah.

“Aku mencintaimu…. Aku ingin kamu tahu itu.  Tapi aku tidak pernah habis pikir.  Ternyata bagi kamu, cintaku saja tidak lah penting.  Kamu merasa berkumpul dengan teman-temanmu yang brengsek itu adalah suatu panggilan jiwa, solidaritas.  Solidaritas keparat!  Teman-teman kamu juga keparat!” aku menggertakkan gigi.

Matanya menyapu pintu, seperti mencari sesuatu.

“Sudahlah… ini malam ulang tahunmu, kan?  Maafkan aku, sebetulnya aku tidak ingin merusak suasana,” aku bersandar di kursi, menangkupkan tangan di dada.

Matanya kembali jelalatan ke arah pintu.

“Kamu harus pergi sekarang?” tanyaku pelan, mulai ketakutan.

Ia mengangguk.  Mulutnya mengatup.

Kuulurkan tangan ke seberang meja, ingin meraih tangannya.  Aku menyentuh udara.  “Dengar…” suaraku melembut.  “Aku sudah merelakan kamu pergi, hanya caranya yang kusesali.  Bagaiman bisa kamu begitu bodoh.  Bergabung dengan geng motor, terlibat perkelahian hanya karena hal konyol, dan mayatmu dibuang begitu saja ke dalam selokan kotor.”

Pipinya kembali berlinang air mata.  Ia bangkit, tapi tak mengucapkan  kata-kata untuk pamit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun