Mohon tunggu...
Clarenza A
Clarenza A Mohon Tunggu... Sales - Writer and creator

Belajar memaknai / Twitter @skyclarrr

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masalah Pelecehan, Seharusnya Laki-laki Juga Diberi Pendidikan Lebih

23 Mei 2018   09:32 Diperbarui: 23 Mei 2018   09:44 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, yang digembar-gemborkan masalah pendidikan adalah pendidikan untuk perempuan. Pendidikan untuk perempuan dianggap sangat penting. Memang benar adanya. Terutama di negara-negara berkembang dan negara konflik. Akses untuk memperoleh pendidikan sangat sulit. Tidak semua orang bisa memperoleh pendidikan dengan enak. Di negara Bangladesh misalnya, perempuan golongan tertentu tidak diperbolehkan sekolah dan harus bekerja. Otomatis hal tersebut menggiring perempuan kepada pekerjaan yang tidak berlandaskan skill seperti menjadi pekerja seks.

Di Jakarta, kasus pelecehan terhadap wanita baik verbal, non verbal, dan fisik sangat banyak terjadi. Menurut hasil survei Thomson Reuters Foundation pada tahun 2014, menyatakan bahwa transportasi umum di Jakarta adalah kelima paling berbahaya untuk wanita. Itupun hanya di Jakarta, belum lagi di kota-kota lain di Indonesia.

"Mau kemana cantik?"

"Kok sendirian aja?"

Pernah mengalami hal di atas? Ketika kamu sedang berjalan di suatu tempat kemudian ada seorang atau segerombolan laki-laki yang memanggilmu dengan nada menggoda dan kata-kata yang bersifat melecehkan? Catcalling atau semacam godaan yang dilontarkan biasanya oleh laki-laki kepada perempuan di jalanan atau tempat-tempat umum. Perlakuan ini termasuk dalam pelecehan secara verbal. Mirisnya, catcalling dapat terjadi di mana saja dan dapat menimpa perempuan dengan tak pandang usia.

Atau pernah baca berita tentang seorang pria yang sengaja memegang bagian tubuh tertentu seorang wanita di kereta api? Atau kamu pernah berjalan di suatu tempat kemudian ada laki-laki yang sengaja memotretmu dari jauh? Semua itu sama, pelecehan.

Kalau begitu siapa yang salah?


"Cewek, lah yang salah! Salahnya pakai baju mini banget."

"Cewek lah! Ngapain jalan sendirian."

Lontaran-lontaran di atas menyatakan bahwa perempuanlah yang salah. Padahal, 95 % para pelaku pemerkosaan ketika ditanyai pakaian apa yang dipakai korban ketika ia perkosa, para pelaku menjawab tidak ingat sama sekali dan bahkan tidak tahu. Berarti, laki-lakilah yang berpikiran tidak senonoh dan akhirnya menimbulkan nafsu utuk memperkosa perempuan. Bukan semata-mata kesalahan perempuan yang memakai pakaian seksi. Toh, buktinya para pelaku pemerkosaan saja nggak ingat pakaian korbanya.

Kalau begini siapa yang harus diedukasi?

Ya, perempuan dan laki-laki. Edukasi itu universal. Untuk semua orang dan memang semua orang butuh edukasi. Malah yang sesungguhnya harus mendapat edukasi lebih adalah laki-laki. Peran sekolah dan pendidikan moral sejak dini harus ditingkatkan lagi melihat banyaknya kasus kejahatan seksual banyak dilakukan oleh laki-laki. Dengan memperoleh pendidikan di sekolah, laki-laki berpeluang mendapat pekerjaan lebih besar dan peluang pengangguran semakin kecil. Karena pengangguran juga salah satu faktor yang menyebabkan laki-laki melakukan pelecehan seksual.

Peran keluarga, agama, dan teman-teman sekitar juga sangat berpengaruh. Kalau teman-temanya rusak, pasti ikutan rusak. Kalau keluarganya berantakan, laki-laki akan mencari perhatian di luar rumah yang berujuk pada hal-hal yang merugikan orang lain. Kalau laki-laki bermoral baik dan taat beragama, ia harusnya tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan sebagaimana mestinya.

Say no to sex and street harassment!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun