Mengubah Barang Bekas Menjadi Menarik dan Bernilai

Sebagai Ibu rumah tangga pasti seringkali bertemu dengan barang-barang bekas atau barang yang sudah tidak terpakai, seperti piring, gelas, botol, plastik hingga kayu. Barang-barang tersebut dibuang begitu saja karena memang, 'kita berpikir' bahwa barang itu sudah tidak bisa dipakai lagi dan gaya hidup Go Green pun tidak bisa diterapkan.

Tapi, di zaman millennial ini kreativitas dan inovasi terus berkembang yang pada akhirnya memberikan suatu solusi yang disukai oleh banyak orang, seperti mengubah barang bekas menjadi bernilai dan indah dengan teknik decoupage.

Decoupage berasal dari bahasa Prancis, yaitu decouper yang berarti memotong. Jadi teknik decoupage itu adalah menghias suatu media, seperti gelas, botol, piring, dan barang lainnya menjadi lebih indah dari potongan-potongan kain atau kertas.

Biasanya kalau untuk basic media yang digunakan adalah pandan, karena pandan memiliki permukaan yang rata. Tidak hanya media pandan, semua media yang ada di rumah dan tidak bisa dipakai pun juga bisa dipakai lagi dengan teknik decoupage ini.

Menurut Mba Iva Hardiana, salah satu pengajar (educator) Skills.ID tidak ada kesulitan dalam mengerjakan teknik decoupage di berbagai media tersebut, karena yang dibutuhkan hanyalah kesabaran.

Namun, media yang memiliki permukaan rata itu lebih mudah dibandingkan permukaan yang melengkung, seperti botol. Oleh karena itu, untuk media yang melengkung harus berhati-hati dalam pengerjaannya.

Karena teknik decoupage itu simple dan bisa mengubah barang bekas menjadi bernilai dan indah. Mba Iva pun sangat menyukai karya seni ini dan tidak hanya seni decoupage Mba Iva juga sudah menerbitkan sekitar 30 buku seni kerajinan tangan, seperti kerajinan dari bahan flannel, kain perca, hingga melukis di kaca, scrapbook.

Jadi, bagi kamu yang ingin buru-buru membuang barang bekas, yuk mulai sekarang ubah barang bekas itu menjadi indah dan juga tentunya bernilai, yang bisa menambah keuangan keluargamu. Gaya hidup Go Green pun juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Writer: Istiana Fauzi