- Teman sebaya: Interaksi dengan teman sebaya membantu anak belajar keterampilan sosial, seperti berbagi, empati, dan menyelesaikan konflik.
Sekolah dan lembaga pendidikan: Lingkungan sekolah yang mendukung dan inklusif dapat membantu perkembangan sosial emosional, melalui kegiatan yang memfasilitasi interaksi sosial dan pengelolaan emosi.
3. Faktor Kognitif dan Kepribadian:
- Kematangan kognitif: Anak yang dapat memahami dan mengelola emosi mereka cenderung memiliki perkembangan sosial emosional yang lebih baik.
Temperamen: Beberapa anak lebih mudah beradaptasi dalam situasi sosial, sementara yang lain mungkin lebih cemas atau agresif, yang memengaruhi interaksi sosial mereka.
Pengalaman Trauma atau Stres:
Pengalaman negatif seperti pelecehan, kekerasan, atau kehilangan orang yang dekat dapat memengaruhi perkembangan sosial emosional dengan menyebabkan gangguan dalam pengelolaan emosi atau hubungan sosial.
4. Faktor Budaya dan Sosial:
- Nilai dan norma budaya:Â Pengaruh budaya lokal dapat membentuk cara individu mengekspresikan perasaan dan berinteraksi dengan orang lain.
Status sosial dan ekonomi: Keterbatasan ekonomi dapat memengaruhi kesempatan anak untuk berinteraksi dalam lingkungan sosial yang mendukung.
Semua faktor ini saling berinteraksi dan memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan sosial emosional seseorang.
 Kesimpulan:
Penting bagi masyarakat untuk memberikan dukungan yang memadai untuk memastikan anak-anak dan remaja dapat tumbuh dengan kemampuan sosial emosional yang sehat, yang akan membantu mereka menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H