Mohon tunggu...
Muhammad Zaki
Muhammad Zaki Mohon Tunggu... Lainnya - Guru | Pecinta Sejarah

Jangan biarkan dirimu menderita dua penyakit. Pertama rabun membaca dan kedua lumpuh menulis. Ingatlah selalu pesan Al-Ghazali "Jika engkau bukan anak raja/ustadz maka menulislah". \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

OVJ (Dalam Kajian Budaya)

23 Oktober 2011   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang perlu diruntuykan sepertinya sudah nampak dalam pembahasan diatas, tapi yang perlu diurai akan lebih banyak lagi pembahasan. Sepertinya saya kewalahan untuk menjelaskannya dengan seksama, karena selain sekarang malam semakin pekat ternyata mempengaruhi kerja otak yang massif dibawa kantuk. Setidaknya masih ada dalam diri rasa ingin berbagi tentang OVJ sebagai produk yang diciptakan oleh industri budaya.

Merujuk pada perkataan Adorno yang mengatakan bahwa dalam diskursus kapitalis terdapat suatu istilah yang namanya komodifikasi yang merambat kepada kebudayaan dan seni. Komodifikasi secara singkat adalah adanya konsumer yang menjadi keuntungan bagi borjuis kapitalis.

Para penontonlah yang menjadi tujuan penting adanya OVJ, karena merekalah para elit menciptakan OVJ yang menurutnya sebagai sebuah kebutuhan yang dikangeni oleh konsumer. Menurut Adorno semacam itu hanyalah realitas palsu. Seorang teman pernah menggambarkan analisisnya terhadap Indonesian Idol, bahwa apa yang distandarisasi yang menjadi penyanyi itu tergantung penonton. Secara tidak langsung mereka para elit mematikan kekuatan penyanyi yang handal namu kalah dalam poling sms.

Disisi lain apa yang menjadi sebuah tontonan panggung adalah apa yang dikehendaki oleh komando, untuk menyegarkan suasana para ahli menyiapkan screen yang lebih menarik dari acara lain-nya. Dihadirkanlah akting spontan yang selalu diperankan oleh para pemain OVJ, Lalu kenapa para produser tidak menegur mereka?. Sontak produser menyadari bahwa dengan seperti itulah nilah lebih akan selalu terjaga dan dengan demikian pengamanan nilai tukar semakin terlihat terang dengan pembaharuan akting para pemain OVJ. Konsumen adalah raja karena konsumen yang dimaknai mereka adalah yang menikmati pertunjukan OVJ dengan khidmat, pra penonton di atomisasi oleh suatu pertunjukan acara, konsumer hanya menjadi citra cermin, karena konsumer tidak pernah merancang acara TV OVJ tersebut. (Lacan, baca:Citra cermin )

Sebetulnya banyak puzzle yang tiada sempat saya ungkapkan disini, tidaklah saya tak mampu untuk menggambarkannya akan tetapi akan lahir banyak hal dari berbagi disiplin yang bisa saya jabarkan. Semisal karena kegirangan para penikmat budaya massa/populer/industri, maka orang-orang tersebut sedikit demi sedikit meninggalkan kebudayaan yang tinggi yang ditenggarai seperti kelokalan. Karena munculnya kebudayaan massa yang selalu menjadi hal yang baru, pembaharuan sebagai lawan kebudayaan tinggi.

Lebih jauh Adorno mengatakan bahwa secara sederhana dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui tekhnikl industrial produksi massa dan dipasrkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa. Belum lepas dari ingatan kita ketika acara OVJ yang diadakan di bali dan yang terakhir di jogja maka berbondong-bondonglah massa yang banyak untuk menonton acara tersebut, karena kekuatan medialah pemaknaan subjek bisa dijalankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun