Mohon tunggu...
Sutanto Kosasi
Sutanto Kosasi Mohon Tunggu... Guru - Teacher

To infinity and beyond...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dukungan Partai Demokrat terhadap Prabowo-Sandi dan Efeknya terhadap AHY

4 Maret 2019   02:30 Diperbarui: 4 Maret 2019   11:41 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tatkala kita membicarakan Partai Demokrat, otomatis pikiran kita akan terbayang sosok yang mendirikan dan membesarkan partai yang berlambang bintang mercy tersebut, yaitu mantan presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Belakangan ini, atau tepatnya semenjak Pilkada DKI, sosok yang terbayang pasti bertambah satu: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Melejitnya popularitas AHY di kancah perpolitikan negara ini menjadi salah satu indikasi bahwa AHY sedang dan akan menjadi sosok yang diperhitungkan untuk memimpin bangsa ini di masa mendatang.

Walaupun tak pernah diakui secara terang-terangan oleh pak SBY, kita semua pasti maklum bahwa beliau menginginkan putranya itu menjadi presiden RI suatu hari kelak dan perjuangan ke arah itu sudah dimulai dengan memperkenalkan AHY di ajang Pilkada DKI. Kemenangan di Pilkada DKI mungkin bukanlah target utama, melainkan hanya sekedar "test the water" untuk melihat reaksi penerimaan publik terhadap AHY. Ternyata hasilnya lumayan bagus. Banyak orang menyukai sosok AHY yang ganteng dan berkharisma (seperti bapaknya).

Memasuki ajang pemilihan presiden 2019, Partai Demokrat memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi walaupun sebelumnya terbersit kabar bahwa ada kekecewaan karena AHY yang digadang-gadang untuk menjadi Cawapres ternyata ditolak oleh Prabowo.

Siapapun yang dipilih Prabowo, baik Sandiaga Uno maupun AHY, sebenarnya tak berefek merugikan bagi Prabowo. Walaupun AHY dianggap sebagian orang sebagai belum berpengalaman dalam urusan pemerintahan, Sandiaga Uno juga tak lebih dan tak kurang dari AHY, sama-sama belum berpengalaman dalam urusan pemerintahan. Sempatnya Sandiaga Uno menjadi wagub DKI tak bisa dijadikan tolok ukur beliau sudah menjelma menjadi seorang pejabat yang mumpuni, karena masa jabatannya yang hanya seumur jagung.

Jadi, seandainya pun Prabowo memilih AHY sebagai pendampingnya, itu akan tetap menguntungkan karena ada nama besar Partai Demokrat di belakangnya. Namun pada akhirnya Sandiaga Uno yang dipilih, mungkin berdasarkan pertimbangan bahwa Sandiaga lebih siap, mampu dan bersedia turut mendanai kampanye pilpres.

Sementara Partai Demokrat sendiri tak bersurut langkah dan tetap mendukung pasangan Prabowo-Sandi yang telah ditetapkan. Pertanyaannya adalah: apa efek dari dukungan tersebut terhadap kemungkinan AHY menjadi pemimpin di negara ini di masa mendatang, sebagaimana telah divisikan dan dipersiapkan oleh SBY?

1. Bila Prabowo-Sandi menang dan 5 tahun ke depan mereka mampu membangun bangsa dan negara ini menjadi lebih baik,  efeknya buat AHY: tidak mungkin bisa mencalonkan diri sebagai presiden/wakil presiden. Kalau memaksakan diri juga, maka tak mungkin mengalahkan Prabowo-Sandi sebagai petahana yang berprestasi (yang pastinya mencalonkan diri kembali untuk periode ke-2 tanpa ganti pasangan). Sementara itu, sederet nama berlevel kelas berat seperti ibu Risma, Khofifah, Susi dan pak Mahfud MD., Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, dan Tuan Guru Bajang (dan bahkan pak Jokowi sendiri) mungkin akan terjun ke kancah pilpres 2024.

Kemungkinan menjadi cawapres dari salah satu nama diatas juga minim karena mereka semua ada di pihak Jokowi sehingga pendukung Jokowi takkan mau mendukung AHY (dan Partai Demokrat) yang telah membantu memenangkan Prabowo-Sandi. Satu-satunya peluang menjadi pejabat adalah menjadi gubernur/walikota/bupati, atau kalau AHY dan SBY mau sedikit merendah, kemungkinan jabatan wakil gubernur DKI mendampingi Anies bisa didapat di tahun 2022. Posisi Anies sendiri juga semakin kuat sebagai petahana gubernur DKI, imbas dari kemenangan Prabowo-Sandi dan berprestasi pula. Kemungkinan Anies maju sebagai calon presiden? Sepertinya beliau akan maklum, sia-sia untuk melawan petahana.

2. Bila Prabowo-Sandi menang dan 5 tahun ke depan mereka gagal berprestasi, efeknya akan lebih buruk lagi bagi AHY. Sementara sebagian pendukung Prabowo-Sandi tetap akan memilih petahana dan menganggap "tak berprestasi" sebagai "berprestasi", sebagian lagi mungkin sadar bahwa "tak berprestasi" sama dengan "tak berprestasi" dan mungkin mengalihkan dukungan terhadap Jokowi (yang tentunya akan mencalonkan diri lagi) atau calon yang lain.

Kenapa tak mengalihkan dukungan ke AHY saja? Lha wong, satu gerbong dengan petahana yang gagal, ngapain didukung? Mungkin begitu pemikiran mereka. Bagaimana dengan pendukung Jokowi? So pasti akan menjauhi AHY. Bagaimana dengan jabatan wagub DKI? Efek "tak" berprestasi"-nya Prabowo-Sandi akan berimbas ke Pilgub DKI 2022. Bukan hanya jabatan wagub DKI tak didapat, Anies sendiri pun mungkin tak terpilih lagi (karena sebagian orang menganggap beliau gagal mengurus ibukota). Bagaimana kalau mencalonkan diri jadi gubernur DKI lagi? Sama saja hasilnya. Partai Demokrat akan dicap salah satu penyebab terpilihnya Prabowo-Sandi yang gagal berprestasi dan akibatnya mereka dan AHY juga akan terkena imbasnya.

3. Bila Jokowi-Ma'ruf Amin menang dan 5 tahun ke depan mereka mampu meneruskan pekerjaan dan perbaikan untuk membangun bangsa dan negara ini serta realisasi janji-janji Jokowi yang belum terlaksana di periode-1, efeknya bagi AHY: akan menghadapi nama-nama besar di poin nomor 1 di mana pendukung nama-nama tersebut notabene adalah pendukung Jokowi-Ma'ruf juga, so AHY takkan menjadi pilihan mereka.

Pendukung Prabowo-Sandi mungkin akan mengalihkan dukungan terhadap AHY, tapi mungkin saat itu nama Sandiaga Uno-lah yang akan mencuat sebagai capres, bukan AHY. AHY palingnya hanya menjadi cawapres. Itu pun kalau Anies tidak nimbrung. Bisa saja Anies yang menjadi cawapresnya Sandi, atau terbalik Anies capres, Sandi cawapres. Katakanlah Sandi berpasangan dengan AHY, bagaimana peluang menang pilpres?

Suara pasti terbagi diantara nama-nama di poin nomor 1 dan imbas dari berhasilnya Jokowi-Ma'ruf di periode-2 bukan hanya menguatkan pendukung Jokowi untuk mengalihkan dukungan mereka terhadap orang-orang di lingkaran Jokowi, tapi juga mungkin membuat pendukung Prabowo-Sandi ikutan mendukung kesana. Sementara Sandi-AHY hanya bisa meraih sisa-sisa dari itu.

Bagaimana peluang menjadi DKI-1? Jangan harap. Imbas dari berhasilnya Jokowi-Ma'ruf akan menempatkan (lagi-lagi) salah satu nama yang akrab dengan Jokowi (termasuk pak Djarot Saiful Hidayat). Jangankan AHY bisa terpilih, Anies sendiri kemungkinan terdepak kecuali beliau memang mampu membenahi ibukota dan pendukung pak Ahok yang akhirnya mau mengakui kemampuan beliau jadi ikutan memilih beliau menjadi DKI-1 lagi. Dan seperti ulasan di poin nomor 1, kalau AHY dan SBY mau sedikit merendah, kemungkinan jabatan wakil gubernur DKI mendampingi Anies bisa didapat di tahun 2022.

4. Bila Jokowi-Ma'ruf Amin menang dan 5 tahun ke depan mereka gagal berprestasi (seperti yang diharapkan dan diprediksi kubu Prabowo-Sandi), efeknya bagi AHY: tetap nggak bagus. Saat itu, kalau Prabowo masih kuat, maka Prabowo-Sandi jilid ke-2 akan muncul sebagai capres-cawapres lagi dan dukungan kepada mereka akan semakin menguat karena imbas dari kegagalan Jokowi-Ma'ruf. Bahkan pendukung Jokowi pun mungkin mengalihkan dukungan kepada mereka (walaupun tidak terlalu signifikan jumlahnya).

AHY sendiri takkan kebagian porsi. Palingnya, lagi-lagi, hanya bisa menjadi DKI-2. Melawan Anies untuk menjadi DKI-1 masih mungkin , tapi imbas dari kegagalan Jokowi Ma'ruf hanya akan menguatkan posisi Anies di mata pendukungnya, so yang paling realistis bagi AHY adalah menjadi DKI-2.

Kesimpulannya: dukungan Partai Demokrat terhadap Prabowo-Sandi lebih banyak efek tak menguntungkan bagi AHY. Pendukung Prabowo-Sandi tetap akan mendukung mereka dan pendukung Jokowi juga tetap tak akan ke lain hati, baik mendukung Jokowi lagi maupun nama-nama di lingkaran beliau. Takkan ada atau hanya sedikit yang akan mengalihkan dukungannya kepada AHY, sementara kalau hanya mengandalkan dukungan dari Partai Demokrat sendiri tentunya tidak mencukupi. 

Namun, kalau dibalik, seandainya Partai Demokrat mendukung Jokowi-Ma'ruf, dengan kemungkinan-kemungkinan di poin nomor 1-4, walaupun pendukung Prabowo-Sandi tetap setia pada pilihannya, setidaknya pendukung Jokowi kemungkinan mau mengalihkan dukungannya kepada AHY dan dengan demikian jalan akan lebih terbuka bagi AHY. So, salahkah Partai Demokrat memutuskan untuk mendukung Prabowo-Sandi? Waktu yang akan menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun