Konsumsi publik +62 dan Korea
Mirisnya, kisah pemain diaspora yang melawan dan menentang Shin Tae-yong (STy) dan justru lebih dibela oleh Erick, kini sudah menjadi konsumsi publik sepak bola Indonesia, bahkan rakyat Indonesia, dan rakyat Korea Selatan.
Bahkan, saat STy dikabarkan mengunfollow semua akun Instagram semua pemain diaspora, kecuali Jordy Amat, malah ada pihak yang berkomentar "ketahuan aslimu Korea".
Sedih, ternyata orang-orang yang tidak tahu bagaimana sulitnya mendidik anak-anak di sekolah formal dan kampus, lalu betapa sulitnya mendidik, melatih, dan membina pesepak bola akar rumput (usia dini dan muda) di wadah sepak bola akar rumput, agar mereka menjadi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkarakter, cerdas spiritual (SQ), intelegensi (IQ), personality (EQ), hanya bisa berkomentar "dangkal".
Sebabnya, orang-orang yang demikian juga masih gagal dalam kecerdasan SQ, IQ, dan EQ, plus lemah soft skillnya.
Sadarkah, tidak menyesalkah, Erick?
Maaf, apakah Erick Thohir menyadari, bahwa dia sudah memberikan pendidikan yang mencerminkan lemahnya SQ, IQ, Â EQ, dan soft skill? Ini apa bedanya dengan pendidikan di sekolah formal yang masih berkutat menghasilkan generasi tawuran, pengangguran, tidak berbekas hasil pendidikannya karena tetap menjadi manusia yang tidak sopan, sombong, besar kepala, tidak tahu etika, tidak tahu moral, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, tidak bersyukur.
Jauh dari karakter manusia Indonesia yang diharapkan, yaitu manusia yang berbudi pekerti luhur dan rendah hati.
Ternyata, bangsa yang dulu menjajah Indonesia, kini melalui para pemain sepak bolanya, kembali menunjukan watak aslinya, menjajah siapa saja yang menghalangi keinginannya, tidak peduli apakah dia orang Indonesia atau Korea Selatan.
Mohon maaf Pak Erick, apakah Anda menyadari, bahwa Anda sedang memberi contoh pendidikan budi pekerti yang salah melalui sepak bola dan ditonton, diikuti, disimak, oleh seluruh lapisan rakyat Indonesia yang di dalamnya calon pondasi penerus Indonesia di semua bidang termasuk sepak bola. Pun, melukai masyarakat Korea Selatan?
Apakah Anda tidak menyesal, telah memberikan contoh pendidikan yang buruk, yang tidak jauh berbeda dengan membiarkan dan malah membela anak yang tawuran karena menguntungkan Anda?