Sekali lagi, pelatih dipecat adalah hal biasa. Tetapi yang terjadi pada STy, yang sejatinya sudah dapat dimitigasi kelemahannya oleh PSSI, tetapi PSSI/Erick, malah membiarkan. Bukan membantu. Mitigasi adalah upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya.
Bagaimana dengan pelatih baru nanti yang digadang dapat meloloskan Indonesia ke Piala Dunia? Apakah akan kompeten dalam kepribadian, sosial, pedagogi, sebab pastinya profesional?
Apakah tidak akan mengalami nasib lebih tragis dari STy karena PSSI dan Erick tidak bercermin? Saya pikir, pemecatan STy adalah keputusan yang tidak bijak dan tidak adil, karena hanya menyalahkan sepihak.
Apa sih sulitnya, seorang Erick bilang, "Maaf, Shin, kamu wajib kursus bahasa Inggris dan bahasa Indonesia." "Maaf, Shin, strategimu tolong diperbaiki." Dan, "Maaf ya, Shin, bila ada pemain yang "ngelunjak" ngatur-atur pelatih."
Yang pasti, jerih STy untuk sepak bola Indonesia, akan sulit dilampau oleh pelatih lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H