Bila Aliansi mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (SI) menggelar aksi unjuk rasa menolak kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen di samping Patung Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (27/12/2024) sudah terjadi, ini artinya apa?Namun, aksi yang juga didukung massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Jakarta, tidak dapat dilanjutkan ke Istana Merdeka karena Jalan Medan Merdeka Barat telah ditutup sepenuhnya dengan dinding beton pembatas jalan oleh kaki tangan "penguasa".
Sedih dan miris
Terkait adanya aksi menolak kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen oleh siapa, sebagai rakyat jelata, saya sungguh merasa sedih dan miris, masih membaca "aksi Jokowi", yang tentunya memberikan penolakan demo mahasiswa, dan yakin tambah menyakiti pikiran dan hati pihak yang berdemo mewakili "rakyat" yang "sehat". Sebab, rakyat yang katanya "58 persen" pun, tentu ada yang "sehat". Ikutan sedih dan miris, karena Jokowi tetap merasa sebagai Presiden dan terus ikut cawe-cawe.
Aksi Jokowi ini, diketahui saat detikJateng menemui Jokowi di rumahnya, Sumber, Banjarsari, Solo, Jumat (27/12/2024), saat bersamaan demo mahasiswa berlangsung di Jakarta.
Kepada detikJateng, Jokowi malah mengatakan bahwa aturan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Jokowi sudah diputuskan DPR sehingga pemerintah harus menjalankannya.
"Ya ini kan sudah diputuskan dalam harmonisasi peraturan perpajakan, sudah diputuskan oleh DPR. Kan sudah diputuskan DPR ya pemerintah harus menjalankan," kata Jokowi.
Bahkan Jokowi menambahkan, kenaikan PPN itu sudah melalui pertimbangan yang matang. Keputusan pemerintah menaikkan PPN 12 persen juga merupakan amanat dari Undang-undang.
"Sekali lagi pemerintah sudah berhitung dan melalui pertimbangan pertimbangan yang matang. Ya, saya kira kita mendukung keputusan pemerintah. Saya kira keputusan pemerintah pasti ada pertimbangan-pertimbangan dan itu kan juga amanat UU yang harus dijalankan pemerintah," tambah Jokowi.
Tanpa memperhatikan gejolak rakyat dan saat bersamaan terjadi demo, Jokowi malah terus ngotot menyampaikan bahwa pemerintah juga telah menghitung dampak kenaikan tersebut di masyarakat dan mengungkapkan kalkulasi dan perimbangan sudah dilakukan pemerintah. Luar biasa.
Tidak peduli
Atas ketidak pedulian Jokowi terhadap gejolak di tengah rakyat. Diwakili oleh mahasiswa dengan berdemo, sepertinya, Jokowi juga tidak menyimak bila dalam aksi, massa menyanyikan lagu "Buruh Tani" serta lagu perjuangan mahasiswa lainnya.
Pun tidak melihat sejumlah poster yang berisi aspirasi dan tuntutan. Bahkan ada poster yang berisi tulisan "Utangmu urusanmu. Utang negara ya urusanmu," poster pun bergambarkan siluet menyerupai Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Poster lainnya, bertuliskan "Pajak naik, rakyat tercekik" dan "Agama minta cuma 2,5 persen, negara minta 12 persen. #PPNMemperkuatOligarki" juga terlihat di lokasi.
Buta dan tuli
Apakah dengan adanya demo, sampai ada tulisan poster "Agama minta cuma 2,5 persen, negara minta 12 persen. #PPNMemperkuatOligarki", Presiden Prabowo akan bersikap seperti Jokowi?
Bila tidak buta dan tuli, tetapi punya pikiran dan hati, sampai ada yang menyebut Agama minta 2,5 persen, negara minta 12 persen, mau ke mana rakyat dibawa oleh pemimpin negeri ini. Apalagi bila pemimpin negeri masih mendengar dan patuh kepada orang yang sudah lengser? Terus membuat polemik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H