Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Siapa Mencari Untung dari Polemik STy?

27 Desember 2024   11:10 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:53 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Memanfaatkan STy, menjadikan kisah STy bola liar yang dikendalikan atau tidak terkendali, hanyalah ulah dari pihak/oknum yang gemar mengambil keuntungan pribadi melalui kendaraan STy. Bukan demi kebangkitan dan kemajuan sepak bola Indonesia. Kapan  PSSI dan Erick Thohir, tegas dan mampu menjinakan bola tidak liar lagi?

(Supartono JW.28122024)

Tidak lolosnya Timnas Indonesia ke semifinal Piala AFF 2024, meski secara objektif sudah jelas latar belakang/alasan, tujuan dan dan sasarannya. Lalu, identifikasi masalahnya, mengapa pemain yang diturunkan yang itu, mengapa Shin Tae-yong (STy) justru terus mencari komposisi terbaik di setiap laga, Liga 1 tetap bergulir, Piala AFF bukan kalender resmi FIFA, tetap ada poin yang membuat ranking Indonesia turun, lalu yang membuat Timnas gagal, karena apa? Semua sudah ada jawaban faktanya. Bukan opini, pembelaan, mau pun sekadar mencari justifikasi dari pihak terkait.

Tetapi, mengapa hal itu tetap saja menjadi bahan "gorengan", berita, konten, drama, oleh netizen, warganet, publik sepak bola nasional, praktisi sepak bola, pengamat sepak bola, dan lainnya baik yang sudah cerdas mau pun yang masih, maaf "bodoh"?

Tentu bagi netizen, warganet, publik sepak bola nasional, praktisi sepak bola, pengamat sepak bola yang sudah "cerdas", persoalan Timnas ini, dijadikan bahan pelajaran dan evaluasi, karena paham dan tahu latar belakang/alasan, tujuan, dan sasaran Timnas Piala AFF 2024.

Tetapi bagi yang cerdas cenderung licik, justru dijadikan bahan untuk ikut-ikutan promosi diri, menaikan rating diri di medsos, jadi bahan konten, yang tujuannya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Pura-pura ikutan jadi penilai dan pengkritik, padahal bukan praktisi sepak bola. Hanya pengamat atau ngaku-ngaku pengamat, memanfaatkan medsos untuk mengangkat citra dirinya.

Menyadari bila respon publik akan negatif. Tetapi semakin negatif, semakin banyak viewers, pemirsa, yang menaikan apa?

Kemudian, bagi netizen dan warganet yang masih "bodoh", bisa jadi masih anak-anak hingga sudah dewasa, tidak memahami substansi, tetapi tinggal memecet tombol di layar ponsel, ikutan njeplak tanpa saringan dan kontrol. Sebab, dunia medsos adalah ruang bebas tanpa ada redaksi atau moderasi, siapa saja, umur berapa saja, berpendidikan atau tidak, semua dapat manggung dan tayang di medsos.

Numpang dan memanfaatkan

Bila disadari lebih mendalam, dunia medsos yang kini juga menjadi bahan mengais uang, kehadiran STy di Indonesia, sudah menguntungkan berapa pihak yang mencari nafkah dari medsos?

STy adalah aktor utama yang akan terus menjadi daya tarik bagi mereka. Coba, bila STy benar-benar mengundurkan diri atau diberhentikan jadi pelatih Timnas, apa para pencari cuan yang numpang dan memanfaatkan STy tidak akan rugi?

Lihatlah, atas tidak lolosnya Timnas Piala AFF 2024, berbagai upaya, mereka lakukan, sampai-sampai STy pun diisukan menggunakan buzzer. Sebab, sorotan dan kritik tajam, yang logis dan tidak logis berbaur. Ujungnya, ada pihak yang "memakai kaca mata kuda" dan numpang mencari cuan/memanfaatkan mendesak STy mundur atau dipecat.

Sementara, pihak yang objektif dan cerdas lebih bijak, bukan membela STy, tetapi mendudukan masalah di tempatnya. Tetapi, hal ini malah dihembuskan spekulasi bila STy memiliki atau menggunakan buzzer untuk mendukung reputasinya di medsos.

Kegagalan pendidikan

Keberadaan STy di Indonesia, nampaknya terus dijadikan momentum oleh pihak/oknum yang justru memanfaatkan situasi untuk mencari kepentingan dan keuntungan pribadi. Pun memanfaatkan masyarakat agar terpancing "provokasi" hingga dunia medsos menjadi media yang tidak lagi mendidik dan menghibur.

Tetapi menjadi media yang justru menampilkan masyarakat yang masih gagal dalam pendidikan. Tidak cerdas spiritual, intelegensi, dan personality. Kini, sangat mudah kita temukan orang-orang yang miskin atau rendah emosional dari cuitannya. Meski, belum pasti bahwa mereka memang benar-benar asli begitu, atau hanya bersandiwara, menjadi buzzer juga.

Yang pasti, selama STy masih ada di Indonesia dan menjadi pelatih Timnas, maka ibaratnya ada gula ada semut. STy itu gulanya, dan semutnya orang-orang licik yang malah numpang momentum dan memanfaatkan STy untuk keuntungan pribadi.

PSSI, Erick Thohir tidak tegas

Di sisi lain, bicara STy dan Timnas, jelas tanggung jawab PSSI dan Ketua Umumnya, Erick Thohir. Tetapi, saya prihatin atas sikap Erick yang beberapa kali justru terpancing gorengan di medsos. Sering membuat pernyataan baik resmi mau pun tidak resmi, dan sangat mudah pula di goreng oleh media, bila sudah terkait STy. Saya menyebutnya, seolah Erick jadi tidak berpendirian.

Lebih parah, dalam satu laga, malah Erick mempertontonkan dirinya sedang bersama seseorang yang sangat dibenci masyarakat Indonesia, yang cuma pengamat, bukan praktisi, tetapi kata-kata atau ucapan dari mulutnya terkait STy, seolah lebih dari seorang dewa, tetapi selalu berujung polemik. Maksudnya Erick apa? Malah sama si biang kerok ini?

Yang pasti, seharusnya PSSI dan Erick tegas. Sigap menangkap kegelisahan asli dan palsu dari masyarakat. Lalu, memberikan statemen yang kuat dan berpendirian. Bukan ikutan menjadi pihak yang memicu "gorengan" baru terkait STy. Tidak sentimentil.

Sebab, yang terjadi, Erick bicara apa? Lalu, ada Exco yang bicara apa? Mencerminkan tidak adanya kekompakan di tubuh PSSI.

Pada akhirnya, saya hanya berharap kepada orang-orang yang tahu persis tentang sepak bola Indonesia. Tahu persis objektifitas tentang keberadaan STy, ayo demi sepak bola Indonesia bangkit dan maju, gunakan kecerdasan spiritual, otak dan hatinya. Bukan malah ikutan arus dan malah menjadi provokator.

Ayo PSSI, Erick. Bersikaplah tegas. Buat pernyataan yang benar dan baik tentang STy. Jangan terus membiarkan bola liar tentang STy terus bergulir tak terkendali. Sebab yang berwenang dan bertanggung jawab adalah Anda!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun