Refleksi 2024 (3)
Egoislah dalam Menjaga dan Merawat Kesehatan Jasmani, Rohani, SQ, IQ, dan EQ
Egoislah dalam menjaga kesehatan jasmani dan rohani, merawat SQ, IQ, dan EQ, sehingga selama masih bernafas dan hidup di dunia, dapat bermaslahat untuk orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(Supartono JW.25122024)
Hati-hati, bila ...
Terus-menerus mengabaikan dan melanggar hak orang lain. Melanggar tanggung jawab. Melanggar kewajiban. Melanggar aturan/hukum. Mengeksploitasi orang lain. Menonjol agresivitasnya. Sering melakukan tipu daya. Mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Tidak merasa bersalah. Tidak merasa memiliki. Tidak peduli. Tidak ada rasa malu dan penyesalan telah merugikan orang lain/ pihak lain. Tidak tahu terima kasih. Tidak tahu membalas budi. Tidak bersyukur.
Itu sudah tergolong orang egois karena gangguan antisosial.
(Supartono JW.25122025)
Sepanjang tahun 2024, apakah saya tergolong orang yang egois? Jawabannya dapat di ricek dari ciri-ciri orang yang egois. Sebab, perilaku orang egois itu, cenderung bertindak berlebihan atau semata-mata demi menguntungkan diri sendiri, orang lain dirugikan.
Makhluk sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam situasi yang normal dan ideal, sesuai kodratnya, perilakunya akan bertindak dan berbuat dengan tujuan saling menguntungkan, saling memberikan bantuan, saling menjaga, saling melindungi, dan saling-saling lainnya dengan cara yang benar dan baik.
Namun sesuai kodrat pula, dalam perjalanan waktu, zaman, tetap ada manusia yang bertindak dan berbuat egois. Karena beberapa faktor, di antaranya:
(1) Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang menjadi egois. Biasanya, seseorang yang pendidikan agamanya kurang atau gagal, akan sangat nampak dalam kecerdasan spiritualnya (SQ). Namun, banyak orang yang berhasil dalam pendidikan agama, tetapi perilakunya tetap egois. Sampai-sampai orang lain suka mendoakan agar yang bersangkutan segera mendapatkan hidayah.
Bahkan ada candaan, orang yang tahu dan paham agama itu, berbuat salah/dosa dengan perilaku egois, karena tahu caranya bertobat.
Begitu pun, seseorang yang sudah berhasil dalam pendidikan bahkan berhasil dalam pekerjaan, punya jabatan, kedudukan, hingga kekuasaan pun, tetap berlaku egois karena pikiran dan mata hatinya tertutup. Hingga selain miskin SQ, juga miskin kecerdasan otak (IQ) dan kecerdasan personality (EQ). Kata lainnya, miskin softskill dan hardskill.
(2) Hal medis seperti cidera otak, menyebabkan seseorang dapat berbuat mementingkan diri sendiri. Pasalnya, orang dengan cidera otak, biasanya kehilangan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Mereka sering tidak menyadari bagaimana perilaku mereka memengaruhi orang lain.
(3) Kondisi kesehatan mental. Dalam berbagai literasi, ada yang disebut gangguan kepribadian narsistik. Cirinya mementingkan diri sendiri, mengagumi diri sendiri, berperilaku mementingkan diri sendiri, dan respon negatif terhadap kritik, saran, dan masukan.
Ada pula gangguan kepribadian histrionik. Cirinya, emosi yang berlebihan dan suka mencari perhatian. Serta gangguan kepribadian antisosial. Cirinya terus-menerus mengabaikan dan melanggar hak orang lain, melanggar tanggung jawab, melanggar kewajiban, melanggar hukum, mengeksploitasi orang lain , agresivitas, tipu daya, Â mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain, tidak merasa bersalah, tidak memiliki, tidak peduli, bahkan tidak ada rasa malu dan penyesalan telah merugikan orang lain, pihak lain.
(4) Faktor budaya atau lingkungan. Budaya dan lingkungan memainkan peran penting dalam pembentukan sikap egois. Masyarakat yang sangat kompetitif atau yang mengutamakan individualisme cenderung mendorong anggotanya untuk mengutamakan kepentingan pribadi. Bahkan dalam budaya kolektif, sikap egois muncul sebagai respon terhadap ketidakpastian dan persaingan.
(5) Faktor sosial. Interaksi sosial dan tekanan dari lingkungan keluarga, masyarakat, kekeluargaan, sekolah, kuliah, tempat kerja sangat berperan dalam mempengaruhi tingkat egoisme seseorang. Dalam kelompok, ada dinamika sosial yang bisa mendorong individu untuk berperilaku egois demi diterima atau diakui oleh anggota kelompok lainnya. Selain itu, adanya tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial mendorong seseorang lebih mengutamakan kepentingan pribadinya.
Kira-kira dari (5) faktor itu, bila sepanjang tahun 2024 saya melakukan perilaku:
(1) Tidak mau tahu, bila apa yang saya lakukan merugikan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(2) Konsisten bertindak memanfaatkan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll, untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri.
(3) Tidak memiliki empati terhadap kesusahan dan  penderitaan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(4) Tidak bertanggung jawab telah merugikan dan membuat menderita orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(5) Tidak menyesal telah merugika, menyakiti dan membuat menderita orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(6) Licik dan punya taktik manipulasi untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
(7) Tidak membalas budi baik orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll, yang telah membantu, menolong, memfasilitasi kepentingannya.
(8) Merasa dibutuhkan, maka mengabaikan, tidak merespon, tidak acuh ( tidak peduli, tidak mengindahkan hal-hal yang menjadi tanggung jawab demi kepentingan bersama orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
(9) Hanya datang saat dibutuhkan dan mendapat imbalan dan keuntungan pribadi.
(10) Hanya menjadikan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll, batu loncatan untuk tujuan kepetingan pribadinya.
(11) Merasa berhak untuk selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, meskipun menyakiti, merugikan, membuat menderita, menyiksa orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
Bila dari (11) hal tersebut, di antaranya ada yang biasa kita lakukan, maka saya termasuk orang egois. Pastinya, hanya peduli dengan apa yang saya inginkan tanpa memedulikan apapapun yang berhubungan dengan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll.
Yah, harus disadari, orang-orang yang egois, biasanya membuat orang lain menderita. Bahkan menghambat orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll, untuk maju dan berkembang, berhasil, berprestasi.
Khusus orang egois yang penyebabnya bukan faktor medis, biasanya akan menggunakan berbagai muslihat dan selalu mencari cara untuk melemahkan orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll,
demi keuntungan mereka dengan cara tidak menepati janji, tidak ada saat dibutuhkan, sombong, tidak konsisten, tidak bertanggung jawab, perhitungan, iri dengan keberhasilan orang lain, merendahkan status orang lain, negatif thinking, keras kepala, suka berbohong, dll.
Semoga, di tahun 2025, saya dapat menjadi pribadi yang egois dalam menjaga kesehatan diri, merawat SQ, IQ, dan EQ, sehingga keberadaan saya selama masih di dunia dapat bermaslahat untuk orang lain, pihak lain, kelompok, kekeluargaan, masyarakat, dll. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H