Wahai para operator kompetisi khususnya operator swasta, apa yang kalian cari, bila sejak awal peserta kompetisi sudah diketahui caranya seperti itu? Mengapa kompetisi tetap dijalankan dengan kondisi tim peserta yang kualitasnya pincang?
Fakta ini, jelas menunjukan bahwa sejatinya, kompetisi sudah tidak dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran, sportif, dan fairplay.
Bila kondisi di akar rumput demikian, apakah PSSI akan dapat memetik calon pemain timnas yang karakternya beretika dan bermoral?
Inilah potret kecil, betapa gagalnya pendidkkan karakter di Indonesia. Bahkan terjadi di olah raga sepak bola yang seharusnya  menjadi tempat praktik niai-nilai sportivitas, fairplay, menghormati, dan menghargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H