Bila tidak pandai bersyukur: Saat "kelebihan" lalaikan kewajiban dan tidak berbagi, apalagi saat "kekurangan?"
(Supartono JW.17122024)
Bila kita dalam keadaan dan kondisi kelebihan saja melalaikan kewajiban, tidak pernah berbagi, malah gemar mencari keuntungan pribadi di tengah kesulitan orang lain, bagaimana bila kita dalam keadaan dan kondisi kekurangan?
Padahal, tetap berupaya memprioritaskan menunaikan kewajiban, bahkan tetap berbagi saat kita dalam keadaan dan kondisi kekurangan, itu menunjukan bahwa kita adalah golongan manusia yang pandai bersyukur. Sebab, dengan memprioritaskan menunaikan kewajiban, tetap berbagi, kita tidak akan pernah "kekurangan".
Dalam fakta kehidupan nyata, golongan orang-orang yang manakah, sering kita temui? Apakah lebih banyak orang-orang yang tidak pandai bersyukur, maka jangankan dalam keadaan dan kondisi kekurangan, dalam keadaan dan kondisi kelebihan saja, akan melalaikan kewajiban. Apalagi berbagi?
Atau lebih banyak orang-orang yang pandai bersyukur? Dalam keadaan dan kondisi kekurangan, tetap memprioritaskan menunaikan kewajiban, tetap berbagi?
Dalam Al-Qur'an, Surat Saba' ayat 39, berbunyi: "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya".
Semoga, kita termasuk golongan orang-orang yang pandai bersyukur, dalam keadaan dan kondisi kekurangan saja, tetap memprioritaskan menunaikan kewajiban, tetap berbagi. Apalagi bila dalam keadaan dan kondisi kelebihan. Aamiin. YRA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H