Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sebuah Pelajaran Berharga, Mengapa Tidak Dipecat

6 Desember 2024   00:14 Diperbarui: 6 Desember 2024   00:21 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Sebagai rakyat jelata, membaca berita tentang pemecatan seseorang dari keanggotaan partai politik dan adanya seseorang dan keluarganya yang tidak juga dipublikasikan pemecatannya dari keanggotaan partai politik, selalu mengingatkan apa yang juga saya lakukan di dalam grup kekeluargaan yang saya lahirkan, bahkan usia grupnya sudah melewati seperempat abad.

Dalam grup kekeluargaan yang saya lahirkan, sudah tidak terhitung jumlah anggota yang saya pecat/keluarkan. Sebab, selain tidak seirama dengan nafas grup, juga membahayakan kelanggengan nafas grup.

Namun, atas nama kekeluargaan, meski secara periode keanggotaan waktunya sudah habis, namun bagi anggota grup yang selalu seirama, selalu menjunjung etika dan moral. Selalu menghormati, menghargai, peduli, rendah hati, dll, maka keanggotaan grup pun menjadi abadi.

Jujur, terkait partai politik yang terang-terangan memecat anggotanya. Dan, seolah membiarkan anggota yang dianggap sudah menerabas etika dan moral, tetapi tidak juga mengumumkan pemecatan  anggota tersebut, saya gemas.

Saya tahu, mengapa hal itu seolah dibuat dramatisasi. Tetapi, kini, rakyat jelata lainnya pun sepertinya baru tahu, skenario apa yang sebenarnya sedang dimainkan oleh partai itu.

Ternyata, dalam beberapa hari ini, partai tersebut baru mengumumkan bahwa tanpa pemecatan, anggota yang dimaksud sudah bukan bagian dari keluarga partai itu.

Bahan belajar

Yang menarik dan dapat dijadikan bahan belajar adalah, ternyata, anggota yang sudah menerabas etika dan moral itu, dibiarkan status keanggotaannya, seolah menggantung, karena demi nama baik dan harkat martabat bangsa.

Pasalnya anggota tersebut sedang dalam status menjadi pemimpin bangsa. Sehingga, tetap dibiarkan namanya harum, tidak dipecat oleh partai yang mengusungnya menjadi pemimpin. Partai tetap berkomitmen atas nama dan demi kebaikan bangsa dan negara meski dikhianati.

Saya pikir, di Republik ini, saya jarang melihat adanya kesabaran yang luar biasa model seperti ini. Meski dikhianati, disakiti, tetap sabar. Ini adalah hal yang mustahil, bila pemimpin partainya bukan negarawan.

Sebagai rakyat jelata yang tidak memihak. Sebagai rakyat jelata yang juga melahirkan dan mendirikan grup kekeluargaan yang usianya sudah melewati seperempat abad, jujur, kesabaran partai ini, demi nama baik bangsa dan negara Indonesia, hal kesabaran dan hal pengkhianatan yang tidak dibalas dengan pemecatan secara langsung, patut diteladani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun