Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Indonesia Baik-Baik Saja, Aamiin

4 Desember 2024   08:48 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Indonesia terkini, manusia-manusia yang tidak menjaga, tidak menghormati, tidak menghargai, dan tidak mengutamakan prinsip-prinsip moral, etika, dan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau politik, justru terus dibiarkan bebas berkeliaran. Terus membodohi rakyat demi melanggengkan kekuasaan. Mirisnya, terus diberikan ruang dan dikasih panggung oleh media. 

(Supartono JW.04122024)

Hari-hari terkini, sebagai rakyat jelata di Republik Indonesia (RI) yang sudah merdeka dari penjajah kolonialisme 79 tahun yang lalu, ternyata semakin merasakan bahwa RI masih terus dijajah oleh manusia-manusia Indonesia yang tidak patut diteladani. Tetapi justru terus diberikan "ruang" dan "panggung" oleh media massa, baik media mainstream (arus utama) mau pun media nonmainstream.

Manusia-manusia yang tidak patut diteladani ini, sudah menanggalkan etika, moral, tidak tahu malu, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, gila jabatan, kedudukan, kekuasaan, dan sejenisnya untuk kepentingan dan keuntungan dirinya, dinastinya, oligarkinya, cukongnya, dll.

Manusia-manusia yang tidak dapat diteladani ini, telah mengabaikan fondasi pendidikan Indonesia yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yaitu:
(1) Ing ngarso sung tulodo: Di depan memberikan contoh.
(2) Ing madya mangun karsa: Di tengah membangun motivasi.
(3) Tut wuri handayani: Di belakang memberikan dorongan semangat.

Setop menjadi sponsor

Maaf, untuk semua media di +62, apa tidak ada berita lain untuk cari makan? Hingga rakyat jelata yang notabene-nya masih miskin, menderita, bodoh, harus terus dhujani, dibanjiri oleh berita tentang aktivitas manusia yang tidakk layak diteladani rakyat Indonesia?

Wahai media, sadarkah bila ternyata Anda-Anda ini telah berubah menjadi sponsor bagi manusia-manusia yang tak layak diteladani? Berita-berita yang terus Anda sajikan, semakin membuat rakyat memahami dan membenarkan hal yang salah. Dan, semakin memahami dan menyalahkan hal yang benar.

Sadarlah media! Di tengah pendidikan rakyat Indonesia yang masih terpuruk, Anda malah terus memberi ruang dan terus memanggungkan sosok manusia yang telah merusak tatatan di negeri ini. Menerabas etika dan moral. Menghalalkan segala cara untuk ambisi pribadinya.

Sungguh konyol, bagi media-media yang tidak menyadari bahwa sejatinya, mereka-mereka yang terus memberi panggung sosok yang tidak patut diteladani, malah menjadi sponsor terselubung. Atau jangan-jangan memang sponsor betulan, tak ubahnya seperti influenser dan buzzer.

Ada yang dibanggakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun