teater Indonesia dan Korea Selatan.
Sebuah program yang bertolak dari teks drama klasik, "A Midsummer Night's Dream" (Impian di Tengah Musim) karya William Shakespeare, dipentaskan dengan sadur bebas atas kerja kolaborasi antara pelakuNaskah diadaptasi oleh Lee Seon-yeon dan Rosida Erowati. Pertunjukan disutradarai oleh Hyoung Taek Limb (Korea Selatan) dan Rangga Bhuana (Indonesia), telah tersaji secara tertutup (baca: pertunjukan tertutup) di Gedung Teater Luwes (GTL) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Taman Izmail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu, 24 November 2024, pukul 16.00 WIB.
Sari pati dan program
Program yang diproduseri oleh Bambang Prihadi ini, singkatnya,
mengambil bentuk silang teks "A Midsummer Night's Dream" (Impian di Tengah Musim) yang kemudian diambil sari patinya untuk dijadikan inspirasi.
Sesuai program, proyek dilaksanakan dalam rentang waktu 3 tahun dan dibagi beberapa tahap.
(1) Tahun pertama (2024)
Terdiri atas perumusan gagasan, audisi, latihan, dan pertunjukan tertutup.
(2) Tahun kedua (2025) Pelaksanaan pertunjukan gala premier di Indonesia dan Korea Selatan.
(3) Tahun ketiga (2026) Mengikuti Hong Kong International Shakespeare Festival.
Pertunjukan tertutup
Bersyukur, dalam pertunjukan tertutup yang dipentaskan pada Minggu, 24 November 2024, di GTL TIM, Jakarta pukul 16.00 WIB, saya dapat ikut menjadi saksi dari kerja kreatif-inovatif-kolaboratif, sebuah naskah hebat karya Shakespeare dipadukan dalam dua budaya, Indonesia-Korea Selatan.
Usai pertunjukan sekitar satu jam, dalam diskusi kecil, terungkap bahwa, memproduksi pentas kolaborasi dari dua negara yang berbeda budaya, tidak mudah. Tetapi naskah Shakespeare yang mendunia, menjadikan kolaborasi tidak sulit. Salah satu catatan penting dalam proses  kolaborasi yang awalnya tidak mudah. Ternyata menjadi mudah saat proses dilakukan secara intens.
Pasalnya, persiapan untuk menggelar pertunjukan tertutup itu, disiapkan secara spartan, hanya dalam tempo sekitar 8 hari. Tetapi dalam sehari, sutradara Hyoung dan Rangga, memandu para aktor/aktris berlatih rata-rata 12 jam sehari. Didukung oleh para aktor, aktris, pemusik, dan tim produksi yang kompeten, menjadikan proses produksi mengalir.
Tak biasa, keren
Sejatinya, bagi penikmat karya-karya besar William Shakespeare, termasuk naskah "Impian di Tengah Musim" ini karena memahami jalan ceritanya, bisa jadi tidak sulit mencerna saat menyaksikan pertunjukan di atas panggung, kendati naskahnya hanya ditampilkan sari patinya atau semacam ringkasannya, bahkan dalam bentuk kolaborasi.Â
Sebab. unsur budaya masing-masing negara selain akting, baik dalam hal kostum, musik, tari, dll cukup menonjol.
Namun, bagi penonton awam, tentu akan sulit mencerna jalan cerita, apalagi, model pertunjukan ke luar dari genre pertunjukan realis.
Yang pasti, usai menonton pertunjukan drama komedi karya William Shakespeare yang berkisah tentang pasangan kekasih dari Athena, Hermia dan Lysander yang dilarang untuk menikah. Demetrius berusaha untuk mengejar Hermia, dan Helena tergila-gila dengan Demetrius. Bahkan raja dan ratu peri juga bertengkar. Lalu raja peri menggunakan ramuan ajaib yang membuat Demetrius dan Lysander jatuh cinta pada Helena. Pada akhirnya kisah ini berkutat tentang siapa yang jatuh cinta dengan siapa, penonton pun mendapat oleh-oleh pertunjukan "yang tak biasa dan keren".
Semoga, program kolaborasi ini akan terus dilancarkan, sukses hingga sampai tahap ketiga, tahun 2026. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H