Timnas Indonesia akan menjalani laga ke-6 menghadapi Arab Saudi pada laga putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Sadar dan menyadari
Bila Erick Thohir, Shin Tae-yong (STy), para pemain, hingga seluruh publik sepak bola nasional (baca: netizen & warganet) SADAR dan MENYADARI bahwa skuat Timnas Indonesia sekarang adalah tim INSTAN yang masih BERPROSES, maka bila hasilnya kalah, bukanlah akhir dari kisah Timnas diampu oleh STy.
Memang dalam artikel sebelumnya, sudah saya ulas bahwa, maaf, Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI dan STy sebagai pelatih Timnas Indonesia sama-sama kompak melakukan perbuatan ambisius yang tidak realistis.
Bahkan tindakan ambisius mereka, sampai mengabaikan SIKAP ILMIAH, TEORI ILMIAH, dan terus membiarkan HUMAN ERROR terjadi, tidak memijak bumi, karena dibuai mimpi.
Oleh sebab itu, banyak pihak mau pun publik sepak bola nasional yang berpikir, STy akan dipecat dari kursi pelatih Timnas Indonesia. Terlebih,"Jika tidak dapat 3 poin saat lawan Arab Saudi, Erick Thohir sudah mengatakan akan ada evaluasi besar-besaran." Seperti yang dirilis oleh berbagai media.
Apakah evaluasi besar-besaran itu, di dalamnya termasuk memecat STy?
Saya pikir, gagal di Kualifikasi Piala Dunia ronde 3, dengan catatan-catatan masalah yang dalam batas wajar dan dapat dimaklumi, adalah SALAH bila STy sampai dipecat. Terlebih bila melihat ke belakang. Apa yang sudah STy perbuat untuk sepak bola Indonesia? Simpulnya, STy mampu membuat sepak bola Indonesia naik derajat. Naik harga dirinya.
Walau pun STy seolah telah menyiakan kesempatan mengambil poin dari China dan terus bereksperimen dengan komposisi pemain, bukankah kalah 0-4 dari Jepang adalah hal yang wajar. Dan tidak berhasil meraih poin penuh atas Bahrain karena dicurangi "wasit" juga wajar?
Jadi, dalam 5 laga yang telah dilalui, raihan 3 poin malah diluar dugaan. Karena 2 poin yang didapat justru  dari Arab Saudi dan Australia. 2 tim langganan Piala Dunia.
Sikap tidak ilmiah dan mengabaikan teori STy khusus di Kualifikasi Piala Dunia ronde 3 pun dapat dimaklumi karena adanya tuntutan yang tidak logis dan tidak realistis. Seperti bila dilihat dari narasi-narasi yang ada, nampak tidak mau menerima masukan, keras kepala, bereksperimen di situasi dan momentum yang tidak tepat, tidak sesuai teori ilmiah. Tindakannya tidak sistematis dan logis. Tidak sadar tim yang diasuhnya masih berproses (tim instan).
Bukan Arab Saudi atau Australia
Lebih dari itu, Erick Thohir dan publik sepak bola nasional harus membumi bahwa Timnas Indonesia bukanlah seperti Timnas Arab Saudi dan Australia yang sudah bolak-balik masuk putaran final Piala Dunia.
Pencapaian masuk ronde 3 Piala Dunia pun baru pertama kali. Di raih atas kinerja STy yang saat itu, skuat Garuda belum dipenuhi pemain hasil binaan PSSInya luar negeri. Jadi, memecat STy, bila kalah dari Arab Saudi, bukan solusi. Tetapi akan membuat sepak bola Indonesia kembali "polusi". Penuh masalah, kembali terpuruk.
Jangan ikut-ikutan Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) yang memecat Roberto Mancini. Pun jangan biarkan STy mundur seperti Graham Arnold yang merasa gagal karena tidak mampu memberikan kemenangan Australia atas Timnas Indonesia.
Dua timnas itu, memang layak ada di Piala Dunia 2026 karena perjalanan panjang prosesnya. Dan hasil prosesnya adalah bonus prestasi masuk Piala Dunia bolak-balik.
Sekali lagi, bila Indonesia gagal masuk ranking 4 klasemen Grup C, tidak lolos ke ronde 4, adalah wajar. Sesuai dengan kondisi yang realistis atas keberadaan timnas yang masih berproses.
Bukan matematika
Kendati hasil laga-laga sepak bola dapat diprediksi sesuai catatan matematis. Tetapi banyak hasil laga yang tidak sesuai prediksi dan tidak sesuai catatan matematis.
Secara matematis, berat bagi Timnas Indonesia mengalahkan Arab Saudi, meski bermain di SUGBK. Tetapi, untuk menang, bukan hal yang mustahil, asal STy sembuh dan dapat bersikap ilmiah dan percaya teori, sehingga jauh dari human error.
Secara matematis, tidak sulit Garuda mengalahkan Bahrain dan China di SUGBK, tetapi siapa yang dapat menggaransi anak-anak Garuda dapat menang?
Secara matematis, mustahil Indonesia mengambil poin saat di jamu Australia dan Jepang. Tetapi, bukan mustahil pula, Garuda malah dapat mengambil poin 1 atau 3.
Sekali lagi, semoga versus Arab Saudi, STy sudah tidak bereksperimen. Para pemain pun dapat bermain dengan CERDAS. Sehingga target 3 poin terpenuhi. Tidak ada kisah pemecatan STy. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H