Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Timnas, Setop Mengabaikan Teori, Sikap Ilmiah, Cara Berproses, dan Human Error

18 November 2024   06:55 Diperbarui: 18 November 2024   10:31 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah 5 tim lain di Grup C ini. Semuanya secara fakta adalah tim yang sudah mapan. Skuat mereka terbentuk juga sudah melalui proses panjang bertahun-tahun, tidak ada yang instan.

Tengok Tim Jepang, sejak kapan para pemain yang memiliki rapor TIPS individu rata-rata di atas 90. Sejak kapan Timnas Jepang dibangun?

Sejak kapan Timnas Australia dan Arab Saudi yang sama seperti Jepang menjadi langganan peserta Piala Dunia berproses? Saat mereka mendapatkan hasil minor di awal-awal laga Grup C, siapa yang dikorbankan demi menyelamatkan tim?

Arab Saudi dan Australia tidak menyalahkan pemain yang memang sudah berkualitas. Tetapi pelatihlah yang dianggap salah karena tidak mampu menunjukan game plan, strategi, taktik, dan rancangan komposisi pemain dengan cerdas.

Sehingga pelatih sekelas Roberto Mancini dipecat dari kursi pelatih Arab Saudi. Mancini tidak berhasil mengangkat performa Salem Al Dawsari dan kawan-kawan di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sehingga Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) resmi mendepak Roberto Mancini dari kursi pelatih The Green Falcons pada (24/10/2024).

Di sisi lain, Graham Arnold malah lebih dulu memutuskan mengundurkan diri dari kursi pelatih Australia setelah gagal meraih kemenangan atas timnas Indonesia pada (20/9/2024).

Bagaimana dengan Timnas Bahrain dan China? Meski bukan tim langganan Piala Dunia, kedua tim ini pun sama-sama tim yang dibangun dengan proses panjang, tidak instan. Tidak seperti Timnas Garuda yang baru sibuk mencomot pemain jelang setiap laga berlangsung. Pola berkumpul dan bergabungnya pemain jelang laga pun ikut-ikutan Timnas lain, hanya hutungan hari. Padahal para pemain bukanlah pemain yang sudah berproses lama dalam Timnas seperti pemain Jepang, Arab Saudi, Australia yang menjadi unggulan di Grup C.

Teori dan sikap ilmiah

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sebagai satu-satunya tim yang masih berproses, Shin Tae-yong (STy) pun, tentu tidak cukup waktu untuk dapat meramu tim terbaik. Mau tidak mau, laga-laga resmi Kualifukasi Piala Dunia pun akhirnya dijadikan ajang untuk eksperimen. Coba-coba pemain. Coba-coba game plan, strategi, dan taktik.

Sadarkah Ketua Umum PSSI dan publik sepak bola nasional, bahwa baru kali ini, ada Timnas sepak bola Indonesia, yang turun gelanggang tidak melalui fase dan proses uji coba tim? Kelasnya ronde 3 Piala Dunia lagi.

Mana mungkin, pemain dapat langsung "nyetel" satu sama lain, tanpa tim secara utuh melakukan laga uji coba atau turnamen uji coba. Di dalamnya boleh ada eksperimen, coba-coba pemain, game plan, strategi, dan taktik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun