Sebenarnya, menurut saya, bila Shin Tae-yong (STy) mau refleksi diri. Benarkah gagalnya Timnas Indonesia meraih poin penuh, apa benar-benar karena faktor wasit? Atau karena kesalahan taktik dan strategi hingga game plan tidak berjalan sesuai ekspetasi?
Apa yang ditanam, itu yang dipetik
Apa yang kita petik, tentu sesuai yang kita tanam. Asal cerdas merawatnya, maka hasil tanaman akan sesuai harapan kita. Analogi ini, rasanya tepat dialamatkan kepada Timnas Indonesia, yang tidak mampu memanen hasil maksimal.
Padahal, ibarat tanaman, timnas Garuda ini terdiri dari tanaman yang unggul. Tetapi, karena yang bertanggung jawab merawat dan mengelola tidak sesuai harapan, maka tanaman yang unggul pun  tidak dapat berkembang maksimal. Bahkan ada yang malah ditahan untuk tidak berkembang.
Sebelum anak asuh Shin Tae-yong (STy) meladeni tuan rumah Bahrain, saya sudah menulis dua artikel. Artikel pertama tentang STy yang kini memiliki lebih dari 11 pemain yang cerdas di skuatnya. Artikel kedua tentang, pertanyaan wartawan Bahrain yang melihat di medsos, latihan anak asuh STy tidak serius, becanda.
Sebagai "penonton" yang tidak tahu kondisi pemain, game plan, strategi, dan taktik STy meladeni Bahrain, saya hanya dapat memberikan pandangan melalui tulisan berdasarkan catatan-catatan yang saya ketahui tentang timnas hingga sebelum laga terjadi.
Kaget starting 11
Jujur, saya kaget saat tahu STy menurunkan starting 11. Meski alasannya untuk taktik, beberapa pemain, maaf, menurut saya ada yang lemah intelegensi (I) dan personality (P). Ujungnya, saya yakin, STy pun pasti setuju bahwa game plannya, strateginya, taktiknya tidak berjalan sesuai harapan.
Ada perbaikan di babak 2, tetapi secara keseluruhan, saya merasakan bahwa dalam permainan, pemain jadi tidak bermain seperti model saat menahan imbang Arab Saudi dan Australia. Kurang daya juang, kurang ngotot. Pemain yang lemah I dan P terus menjadi penyumbang masalah, bukan penyelesai masalah.
Akibatnya apa? Seperti yang sudah saya prediksi, latihan yang tidak serius, komposisi pemain yang seperti main-main, poin maksimul jadi menjauh. Padahal kualitas Bahrain masih di bawah Arab Saudi dan Australlia.
Tapi Garuda sulit mengembangkan dan menguasai permainan. Karena apa? Karena komposisi pemain yang diturunkan tidak sesuai harapan.
Setelah kick off, pemain langsung kesulitan dan jauh dari padu, begitu hadapi kenyataan Bahrain tidak sepele. Ujungnya, tidak mampu konsentrasi sebelum wasit meniup peluit panjang. Harapan menang, buyar.
Wasit dan refleksi diri
Gagalnya Timnas Indonesia meraih poin penuh atas Bahrain, bila mau diakui secara fakta, harusnya STy merefleksi diri. Memang kepemimpinan wasit Ahmed Abu Bakal Al Kaf asal Oman banyak membuat keputusan-keputusan yang merugikan Timnas Indonesia, sampai memberikan tambahan waktu 3 menit di masa injury time, membuat Bahrain mampu menyamakan kedudukan.
Tetapi, sebelum laga, berbagai pihak juga sudah mengingatkan tentang kemungkinan wasit yang akan mengerjai Indonesia. Jadi, masalah wasit ini adalah persoalan klasik. Karena, selalu ada wasit model Ahmed yang dengan tanpa integritas, melepaskan etika dan moral serta sportivitas, akan melayani kepentingan "tuannya" dengan cara-cara yang seperti dilakukan Ahmed itu.
Seharuanya cara Ahmed pun sudah dipersiapkan oleh STy bagaimana para pemain menyikapi dan mengatasinya karena sudah diprediksi sebelum laga.
Prediksi pun terbukti, tetapi STy dan para pemain malah terprovokasi. Bukan menyikapi dan mengatasinya, Â konsentrasinya ikut terganggu.
Nasi sudah menjadi bubur. Harus sadar bahwa melakukan apa pun bila persiapannya tidak serius. Cengengesan. Komposisi pemain yang diturunkan juga tidak sesuai harapan. Maka, meraih poin 1 saja sudah bersyukur.
Bila PSSI mau melakukan protes resmi ke AFC dan FIFA, dengan bukti kecurangan wasit yang ada. Lakukan saja sesuai prosedur. Semoga AFC dan FIFA menanggapi dan menyelidiki. Lalu memproses.
Tapi terpenting, STy wajib bercermin. Refleksi diri. Karena persiapan menghadapi Bahrain, main-main. Komposisi pemain yang diturunkan tidak sesuai ekspetasi.
Belajarlah dari kegagalan meraih poin penuh atas Bahrain, maka tidak akan terulang saat Garuda di jamu Cina. Siapkan juga para pemain, bagaimana menghadapi wasit sejenis Ahmed-Ahmed lainya. Jangan mencari kambing hitam lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H