Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SDM Rendah, Merendahkan Diri, Rendah Hati (Berkualitas-Unggul)

8 Oktober 2024   20:44 Diperbarui: 8 Oktober 2024   21:23 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Dalam timnas sepak bola Indonesia, siapa yang akan diturunkan dalam 11 pemain pertama oleh Shin Tae-yong saat dijamu Bahrain, Kamis (10/10/2024) dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026? Jawabnya, tentu pemain yang berkategori SDM berkualitas, unggul. Cerdas SQ, IQ, dan EQ. Cerdas teknik dan speed bermain bola. Levelnya sudah Asia dan Dunia.

(S1up1artono JW.08102024)

Dalam obrolan santai dengan beberapa orang/pihak di pekan pertama-kedua Oktober 2024 ini, jelang Indonesia resmi dipimpin oleh Presiden baru, saya kalkulasi, banyak yang bertanya, mengapa di sepuluh tahun terakhir, di +62, masyarakat mudah sekali berkomentar tentang SDM rendah? Lalu, ada SDM yang merendahkan diri. Sulit menemukan SDM-SDM yang rendah hati.

Ingin saya panggungkan

Bila saya punya waktu dan kesempatan lagi, sejatinya kisah SDM rendah, SDM merendahkan diri, dan SDM rendah hati, inginnya saya jadikan naskah drama, saya sutradara, aktor-aktrisnya anggota Teater saya, Teater Alir Depok, dan dipanggungkan. Saya pun siap kembali manggung dengan peran tokoh utama. Sebagai ucapan selamat datang Presiden baru Indonesia.

Namun, sebelum dipentaskan, kisah SDM rendah, SDM merendahkan diri, dan SDM rendah hati ini, saya rangkum saja dalam bentuk artikel ini, sekadar untuk bacaan asah otak dan hati, agar diri senantiasa dapat menjaga dan terus belajar untuk cerdas SQ, IQ, dan EQ.

Rendah, meredahkan diri, rendah hati

Mengapa SDM rendah, SDM merendahkan diri, dan SDM rendah hati menjadi hal yang banyak dibicarakan? Padahal Indonesia sudah berusia 79 tahun, lho. Tapi faktanya, SDM Indonesia terkini memang nampak kurang menunjukan diri sebagai SDM berkualitas. Ini akibat dari pendidikan yang terus tercecer dan tiadanya keteladanan tentang manusia yang berbudi pekerti luhur. Sebab malah ada yang rela menanggalkan etika dan moral, demi "ambisi kepentingan".

SDM adalah kepanjangan dari Sumber Daya Manusia. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna rendah di antaranya dekat ke bawah, tidak tinggi, hina, nista.

Sementara makna merendahkan adalah menjadikan rendah, membawa hingga menjadi rendah, memandang rendah (hina) orang lain, menghinakan menjadikan dirinya merasa kurang. Dan rendah hati adalah tidak sombong atau tidak angkuh.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SDM rendah dapat dipahami sebagai SDM hina, nista. Hina diartikan sebagai rendah kedudukannya (pangkatnya, martabatnya), keji, tercela; tidak baik (tentang perbuatan, kelakuan). Nista maknanya hina, rendah, aib, cela, noda.

Kemudian, SDM merendahkan diri adalah SDM yang rela membawa dirinya menjadi rendah, hina, nista, demi tujuan dan kepentingannya, dengan mengabaikan atau membuang rasa malu. Berperilaku tidak sesuai etika dan moral.

Selanjutnya, SDM rendah hati, karena tidak sombong dan tidak angkuh, maka dapat disimpulkan sebagai manusia yang cerdas spiritual (SQ), cerdas otak/intelegensi (IQ), cerdas emosi/mental (EQ). Manusia yang tahu malu, tahu diri, dan selalu pandai bersyukur.

Deskripsi SDM

Seperti apa sih, SDM rendah itu? Dapat disimak dan dilihat di mana selain dalam kehidupan nyata di sekeliling kita? Perkembangan zaman, memudahkan manusia dapat mengabadikan sikap dan perbuatan manusia lain. Meninggalkan jejak digital. Mana yang SDM rendah, SDM merendahkan diri, dan SDM rendah hati.

Sebab, di media sosial (medsos), para netizen/warganet yang kebanyakan tidak diketahui jati dirinya (usia, pendidikan, jabatan, dll), sangat mudah "mengumbar" kisah-kisah yang tajuknya tentang Sumber Daya Manusia (SDM) rendah baik dalam bentuk konten gambar, video, kalimat, kata-kata, dll Sehingga, kolom komentarnya pun langsung dipenuhi celoteh netizen/warganet yang tidak jelas jati dirinya. Bisa jadi yang berceloteh mulai dari anak SD sampai orang dewasa, orang tidak berpendidikan sampai orang berpendidikan.

Ruwetnya, dalam kolom komentar topik yang dibahas di medos atau media online, tidak ada moderatornya. Jadi, kolom komentar pun menjadi sarana berdebat, mengkritik, mengatai, menghujat, memecah belah, dan sejenisnya, yang tiada ujung. Satu-satunya yang dapat mengehentikan perdebatan tidak berujung di kolom komentar baik di medsos mau pun media online adalah si penyebar konten/berita, menghapus konten/beritanya. Titik.

Mengapa komentar, opini, warganet sangat mudah menghakimi seseorang/pihak lain dengan julukan SDM rendah? Tentu, karena diukur dari sikap dan perbuatannya yang viral atau diviralkan. Sikap dan perbuatannya, biasanya mecerminkan perbuatan tercela. Yang tidak menandakan bahwa yang bersangkutan, tidak cerdas spiritual (SQ), tidak cerdas otak (IQ), tidak cerdas emosi (EQ). Tidak tahu malu, tidak tahu diri, dan tidak pandai bersyukur.

Parahnya lagi, bila SDM yang rendah hati, dapat dipastikan sebagai manusia yang tahu bahwa dirinya tahu. Maka, SDM rendah adalah golongan manusia yang bisa jadi tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Tetapi, SDM yang merendahkan diri, bisa jadi adalah golongan manusia yang tahu bahwa dirinya tahu, tapi mempraktikan hidup dan kehidupan yang licik.

Indikasi kualitas diri

Atas kondisi tersebut, kitapun dapat memahami dan belajar agar tidak menjadi SDM rendah atau SDM yang merendahkan diri. Karena pola perilaku seseorang menjadi indikasi kuat sekaligus menggambarkan kualitas mereka sebagai individu yang mudah "dibaca".

Dalam kehidupan sehari-hari, semoga, saya, kita, dapat terus belajar dan merefleksi diri agar tidak terjerumus menjadi SDM rendah, SDM yang merendahkan diri, orang yang berkualitas rendah, selalu terhindar dari perbuatan egois, individualis, tidak memiliki empati, selalu berpikir negatif, pesimis, tidak jujur, manipulatif, tidak memiliki rasa hormat, tidak menghargai, tidak peduli, tidak mengukur dan menimbang perasaan orang lain, tidak pernah mengandaikan dirinya sebagai orang lain, sok tahu, hanya gemar membaca judul artkel/berita/konten lalu menyimpukan tanpa tahu "kedalaman dan kebenaranya", dan lainnya. Aamiin YRA.

Yang pasti orang yang rendah hati, biasanya adalah SDM yang berkualitas dan unggul. Dapat dijadikan ujung tombak mengangkat harkat, martabat,  kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara.

Lihatlah, dalam timnas sepak bola Indonesia, siapa yang akan diturunkan dalam 11 pemain pertama oleh Shin Tae-yong saat dijamu Bahrain, Kamis (10/10/2024) dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026? Jawabnya, tentu pemain yang berkategori SDM berkualitas, unggul. Cerdas SQ, IQ, dan EQ. Cerdas teknik dan speed bermain bola. Levelnya sudah Asia dan Dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun