Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pribadi yang Tahan Banting, Resilian Diri

8 Oktober 2024   12:55 Diperbarui: 8 Oktober 2024   13:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam sepuluh tahun terakhir, di Republik ini, dalam peta besar negeri Katulistiwa, kira-kira siapa:

orang/rakyat/sosok/tokoh/pemimpin/lain-nya yang tahan banting?

Tahan banting, negatif

Bila hitungannya dalam sepuluh tahun yang lalu, mungkin dapat ditebak, siapa yang di +62 dianggap tahan banting. Tetapi tahan banting dalam arti negatif.

Sementara, bila dihitung sepuluh tahun ke belakang hingga sejak Indonesia merdeka 79 tahun yang lalu, dalam arti positif, yang tahan banting adalah rakyat jelata. Tetap tahan banting dalam gelimang kemiskinan dan penderitaan.

Dalam peta kecil kehidupan individu, baik itu rakyat jelata hingga kaum yang disebut elite di negeri ini, siapa orang yang dapat dikategorikan sebagai pibadi yang tahan banting, namun dalam arti benar, positif.

Bukan tahan banting karena memiliki "dukungan" dari dinasti, oligarki, politik, gratifikasi, korupsi-kolusi-nepotisme (KKN) dan dukungan cukong. Bahkan golongan ini, bila melihat sepak terjangnya belakangan ini, bukan lagi disebut sebagai orang-orang yang tahan banting, tetapi netizen/warganet, menjuluki mereka sebagai orang-orang yang tidak tahu malu, tidak tahu diri, tidak beretika, tidak bermoral, dan sejenisnya.

Tahan banting yang benar

Dalam berbagai literasi dapat saya simpulkan bahwa seseorang yang memiliki,  kepribadian tahan banting, akan mampu mengubah keterbatasan menjadi peluang. Memanfaatkan celah sekecil apapun untuk meraih kesuksesan, prestasi. Selalu memiliki mimpi, obsesi. Terus dinamis, bergerak, berjalan, berlari. Penuh imajinasi, kreativitas, dan inovatif.

Namun demikian, setiap orang yang tahan banting, pun memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengatasi atau menghadapi tantangan dan cobaan dalam kehidupan di dunia ini.

Tahan banting atau dalam istilah psikologi biasa disebut sebagai ketahanan (resiliensi) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bangkit kembali dalam menghadapi situasi sulit atau tantangan hidup. Resiliensi juga dapat diartikan sebagai ketangguhan atau daya pegas.
 
Resiliensi mencakup berbagai aspek, seperti mental, perilaku, dan emosi. Seseorang yang resilien memiliki kapasitas untuk mengelola diri sendiri dan mencapai hasil positif. Sebab, akan mampu mengendalikan emosi, pandai bersyukur, tidak bertindak impulsif (spontan tanpa pertimbangan), selalu optimis, penuh empati, cerdas menganalisis penyebab/masalah, mampu atasi konflik, dan selalu memiliki alternatif solusi, memiliki efikasi diri, yaitu
keyakinan atau kepercayaan diri atas kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu, penuh visi-misi, dengan pondasi iman dan pikiran cerdas yang positif.
 
Orang yang resiliensi selalu membutuhkan dukungan, karena hidup dan kehidupan tidak dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan dan keterlibatan orang lain. 5idak akan patah semangat meski keluarga tidak mendukung, tetap berupaya mencari dukungan dari saudara, kerabat, teman, tetangga, atau lingkungan masyarakat/sosialnya.
 
Saya kutip dalam buku "The HappyTherapy Book", penulisnya, psikolog Tara de Thouars mengatakan, ada dua pilihan ketika seseorang dihadapkan pada sebuah masalah, yaitu menyerah atau bangkit dan bertahan.

Tara mengungkapkan bahwa orang yang resilien atau memiliki ketahanan yang kuat biasanya akan berjuang, berdiri tegak untuk menghadapi masalah tersebut. Jika seseorang tidak memiliki resiliensi yang kuat, maka ia akan gampang sekali untuk jatuh.

Tara juga menyebut bahwa mungkin orang tidak banyak tahu atau asing dengan istilah Resiliensi diri. Padahal dalam menjalani kehidupan di dunia, resiliensi diri adalah satu hal yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap orang.

Pasalnya paham tentang resiliensi diri, akan membuat sesorang dapat bertahan dalam kesulitan, mampu bangkit, beradaptasi, dan bertahan dalam keadaan terpuruk. Sebab akan berjuang dengan gigih karena memiliki kesehatan mental atau psikis yang tangguh jadi tidak mudah terganggu apalagi putus asa.

Yah, hidup memang harus memiliki resiliensi diri. Dengan karakter pribadi yang tahan banting akan menjadikan seseorang teguh pendirian, bertanggung jawab, konsisten, penuh integritas, selalu mampu beradaptasi dengan situasi dan lingkungan sosial, mudah bangkit saat ditimpa kesulitan, dan selalu berupaya menjalani hidup yang benar dan baik sesuai tuntunan ajaran agama mau pun hukum yang dibuat manusia. Senantiasa berpikir dan berbuat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

Menjadi tahan banting

Untuk itu, agar saya, kita, termasuk golongan orang yang tahan banting, memiliki resiliensi diri, maka,
(1) Terus belajar mengelola diri sendiri.
(2) Selalu berpikir positif.
(3) Selalu berupaya mengendalikan emosi, pandai bersyukur.
(4) Tidak bertindak, berbuat impulsif (spontan tanpa pertimbangan).
(5) Selalu optimis.
(6) Selalu penuh empati.
(7) Cerdas menganalisis penyebab/masalah, mampu atasi konflik, dan selalu memiliki alternatif solusi.
(8) Memiliki efikasi diri, yaitu
keyakinan atau kepercayaan diri atas kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu, penuh visi-misi, dengan pondasi iman dan pikiran cerdas yang positif.
(9) Membangun jaringan dukungan yang kuat. Jaringan dukungan yang kuat adalah kunci dalam mengatasi tantangan. Teman, keluarga, atau kolega yang mendukung dapat memberikan perspektif baru dan membantu kita untuk tetap bersemangat. Tidak ragu untuk meminta bantuan atau berbagi perasaan saat menghadapi kesulitan. Sebab,  dukungan sosial adalah penopang mental yang sangat berharga.
(10) Selalu dapat meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan mendukung.
(11) Bergabunglah dengan kelompok atau komunitas yang memiliki minat yang sama untuk memperluas jaringan.
(12) Selalu belajar keterampilan problem solving, keterampilan memecahkan masalah. Sehingga mampu menganalisis situasi dan mencari solusi yang efektif.
(13) Selalu melatih diri dengan menyelesaikan hal yang membutuhkan pemikiran kritis.
(14) Biasakan melakukan langkah brainstorming (mengumpulkan ide-ide kreatif dan memecahkan masalah).
(15) Selalu menjaga kesehatan mental dan fisik.
Kesehatan mental dan fisik yang benar dan baik adalah fondasi untuk mengembangkan sikap tahan banting.
(16) Selalu menjadikan pengalaman sumber belajar. Refleksi terhadap pengalaman masa lalu, membantu mengidentifikasi pola dan strategi, taktik yang efektif dalam menghadapi kesulitan yang menghadang.

Semoga (16) hal tersebut, senantiasa saya pelajari dan pelajari. Saya tingkatkan dan kembangkan, hingga dalam praktiknya, saya menjadi pribadi yang tahan banting, diri yang resilien. Aamiin YRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun