Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

Vs Maladewa, Hibur Indonesia dengan SDM Cerdas, Timnas U-20

25 September 2024   08:58 Diperbarui: 25 September 2024   09:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah suasana sepak bola nasional yang memprihatinkan akibat ulah "SDM Rendah", julukan netizen/wargamet,  di antaranya:

(1) Dalam kancah sepak bola PON XXI, drama SDM rendah (wasit, pemain, pelatih) tersaji bahkan disaksikan oleh publik sepak bola dunia lewat layar kaca.

(2) Para pemain di Liga 1, yang bahkan di layar kaca pun nampak seperti "tak berakal". Jelas-jelas melakukan pelanggaran, tetapi tetap membela diri, memprotes wasit, ribut dengan pemain lawan. Meski keputusan wasit sudah didukung oleh VAR, publik sepak bola nasional pun melihat dari layar kaca.

Tetapi perilaku pemain yang membuat pelanggaran dan malah tidak terima dan memprotes atas hukuman kartu kuning/merah dari wasit, benar-benar mendeskripsikan, bahwa melalui olah raga sepak bola, pendidikan Indonesia yang terus terpuruk memang benar-benar nyata.

Itulah sebabnya, di media sosial (medsos), niteizen/warganet sangat mudah menyebut pelaku sepak bola di Indonesia yang kerap membuat "masalah" dengan sebutan sumber daya manusia (SDM) rendah.

(3) Sama dengan para pelaku politik di parlemen dan pemerintahan, yang sudah menjual urat malu, menanggalkan etika dan moral demi kedudukan, jabatan, kekuasaan. Bancakan uang rakyat untuk gaji mereka. Mereka pun yang membuat aturan, program, dan rancangan anggaran atas nama pemerintah dan parlemen, tetapi yang disasar tetap uang rakyat.

Karenanya, saya sering mendengar, ada pihak yang menyebut bila para politikus itu, seperti golongan orang-orang yang tidak tahu malu, terus menipu rakyat "yang masih bodoh/dibuat tetap bodoh" agar memberikan suara untuk mereka dapat "kursi" dengan rayuan di balik kata amanah. Setelah "kursi" di dapat, pun dapat uang rakyat, amanah pun hanya jadi sekadar slogan.

Kondisi ini pun mencerminkan pendidikan Indonesia yang gagal.

(4) Terbaru, adanya kerusuhan suporter di Liga 1, yang langsung dijuluki oleh netizen/warganet bahwa oknum suporter adalah "SDM Rendah".  Rusuh dengan petugas lapangan sendiri. Padahal tim yang didukungnya menang. Bagaimana kalau timnya kalah? Bisa jadi pemain lawan pun menjadi korban.

U-20 jadilah SDM cerdas!

Di dunia sepak bola dan politik, rakyat Indonesia nampaknya semakin jengah, malu atas perilaku SDM rendah di negeri ini. Oleh karena itu, semoga para pemain Timnas Indonesia U-20 yang Rabu malam (25/9/2024) akan mengawali laga di Grup F Kualifikasi Piala Asia U-20 2025, meladeni  Maladewa U-20 di Stadion Madya, Jakarta, menampilkan permainan sepak bola yang menunjukan bahwa kalian dapat masuk skuat Garuda karena cerdas teknik, intelektual, personality, dan speed (TIPS). Pondasinya cerdas otak, mental, spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun