Sementara satu tim bukan pembinaan murni Klub bersangkutan, tetapi pembinaan murni oleh tim di Kota Depok. Artinya, empat tim finalis adalah asli PEMBINAAN MURNI sepak bola akar rumput Kota Depok.
Ini tetap mencerminkan dan membuktikan bahwa selama 25 tahun, sepak bola di Kota Depok tetap dan terus menggeliat.
Saya sebagai saksi
Sebagai saksi dari perjalanan sepak bola Kota Depok, sebab sebelum Kota Depok lahir, saya sudah melahirkan SSB Sukmajaya pada 10 Juni 1998 dilanjutkan Sukmajaya FC pada 21 Agustus 2004. Kemudian ikut menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan apa yang saya bisa dengan menjadi Pengurus PSSI Depok semasa masih bernama Pengcab, menjadi Pembina Usia Muda, selama 3/4 Periode, sejak Kota Depok lahir hingga tahun 2017.
Karenanya, hingga perhelatan Piala Soeratin 2024 ini, saya cukup bangga atas perkembangan sepak bola Kota Depok hingga 2024.
Format Soeratin, berat di Jabar
Menjadi saksi dalam perjalanan Piala Soeratin di Indonesia, saya mengawali paham Piala Soeratin, saat saya masuk skuat Piala Soeratin U-18 1987 bersama Persap (kini Persibangga) Purbalingga, Jawa Tengah. Bersaing dengan tim-tim dari Kabupaten di Jawa Tengah, memperebutkan satu tempat untuk wakil Provinsi di tingkat nasional.
Di tahun 2003 dan 2004, saya berkesempatan menjadi Manajer Umum Tim Soeratin U-18 Persikad Depok. Yang bermain di Stadion Satria Purwokerto Jawa Tengah, sebab Tuan rumahnya Persibas Banyumas, Juara Provinsi Jawa Tengah yang ditukangi Sartono Anwar, ayah Nova Arianto, pelatih Timnas U-16 sekarang.
Di Grup ini, bercokol Klub Divisi Utama PSSI, Persebaya dan Persijatim. Klub Divisi I PSSI, Persikad Depok dan Perserang Serang. Serta tiga tim juara Provinsi, yaitu Persibas Jateng, serta juara Lampung, dan Bengkulu.
Untuk Kota Depok sendiri, Tim Soeratin U-18 langsung berkesempatan berlaga di tingkat nasional, di tahun 2003 dan 2004 (di Cilogen), adalah kesempatan pertama, sekaligus terakhir.
Anak-anak Depok ikut menikmati aroma Piala Soeratin tingkat nasional, karena perjuangan Pengurus Persikad yang mampu mengantar Persikad naik kasta dari Divisi II ke Divisi I. Saat itu, belum ada istilah Liga 1, kasta tertinggi Klub PSSI adalah Divisi Utama. Dan hanya anggota Klub Divisi Utama dan Divisi I plus Juara Provinsi saja yang berhak melaju di Piala Soeratin tingkat nasional.