Sejak kick off, seluruh pemain usia muda Kota Depok dimanjakan oleh Askot PSSI Depok, dengan berturnamen Piala Soeratin di Stadion dan Lapangan yang cukup memenuhi standar.
Di fase Grup hingga babak semi final, semua tim, baik U-13 mau pun U-15, sama-sama dapat menikmati Stadion dan Lapangan sepak bola seperti Stadion Mahakam, Stadion Mini Sukatani, Lapangan Kukusan, dan Lapangan PSP Sawangan yang sangat representatif.
Di partai final, baik U-13 mau pun U-15, anak-anak asli Depok ini pun dapat merasakan merumput di Stadion paling dibanggakan publik sepak bola Kota Depok, yaitu Stadion Merpati yang berstandar internasional.
Artinya, sarana dan prasarana sepak bola di Kota Depok semakin terperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Ini saya acung jempol.
(2) 25 tahun terus menggeliat
Kendati Piala Soeratin 2024 tidak diikuti oleh seluruh Klub Anggota Askot PSSI Depok, namun terlibatnya 19 Klub yang ikut berturnamen di kelompok usia 13 tahun. Dan, 16 klub berpartisipasi di kelompok usia 15 tahun, menyiratkan bahwa pembinaan sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) selama 25 tahun di Kota Depok terus menggeliat, sejak Kecamatan Depok lepas dari Kabupaten Bogor, lalu berdiri menjadi Kota Depok (27/4/1999).
Bahkan, di bawah Ketua Umum Askot PSSI Depok, Meiyadi Rakasiwi, empat (4) pesepak bola muda Kota Depok pun menjadi bagian atlet Tim Sepak Bola PON Jawa Barat yang kini sedang berjuang di PON XXI Aceh Sumut 2024.
(3) Tetap bangga dan bersyukur
Bergulirnya Piala Soeratin 2024 ini, meski ada yang saya prihatinkan, namun akumulasi kesimpulannya, saya tetap bangga dan bersyukur.
Pasalnya, dalam proses Piala Soeratin sejak fase Grup hingga babak final, saya mengidentifikasi dua hal yang dapat dijadikan refleksi dan perbaikan ke depan, yaitu:
a. Regulasi Kartu Keluarga (KK) sebagai syarat utama pemain yang terlibat wajib domisili Kota Depok, belum diatur, KK yang berlaku minimal sudah berapa lama di Kota Depok, seperti syarat PPDB di sekolah formal, sehingga ada Tim yang sampai rela mengambil pemain dari luar Kota Depok dengan membuatkan KK baru bagi pemain yang masih belia. Ini tidak mendidik.
b. Belum ada aturan bahwa peserta benar-benar hasil binaan Klub bersangkutan, sehingga, ada Klub yang diisi oleh tim yang dibina oleh Klub lain.
Namun demikian, terlepas dari dua identifikasi tersebut, saya tetap bersyukur dan bangga, sebab dari empat finalis U-13 dan U-15, tiga tim di antaranya adalah tim yang melakukan pembinaan murni sepak bola akar rumput di Klubnya.