Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

5 Catatan Supartono JW agar Timnas Membawa Pulang Poin dari Arab Saudi

5 September 2024   09:38 Diperbarui: 5 September 2024   10:20 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Vietnam dan Thailand yang coba percaya diri dan bermain terbuka ini, mengingatkan saya pada strategi dan taktik Nova, saat Timnas U-16 berlaga di semi  final Piala AFF versus Australia. Sok-sok-an bermain terbuka, abai sektor belakang. Hukumannya gawang anak asuh Nova harus kebobolan 5 gol.

Beruntung Nova lekas sadari kesalahannya. Di perebutan tempat 3, bermain dengan konsentrasi penuh di sektor pertahanan, mampu melumat Vietnam 5 gol tanpa balas.

Setali tiga uang, dalam turnamen kecil Seoul On Earth Us Cup 2024, pengalaman anak asuh Indra Sjafri U-19 juga wajib dijadikan "guru", pasalnya Garuda Muda harus kalah 2-0 dari Thailand U-19 oleh gol yang tidak perlu, akibat ketidak cerdasan intelegensi dan personality pemain yang diberikan kepercayaan turun gelanggang.

Banyak pemain yang lemah I dan P

Di timnas asuhan STy sekarang, saya catat, dari performanya selama ini, (apalagi kallau dibuktikan dengan tes IQ dan EQ)  saya catat masih banyak pemain yang lemah intelegensi (otak) dan personality/attitude (mental, kepercayaan diri, egois, individualis, dll).

Semisal penjaga gawang yang selama ini dipercaya STy, sebelum Maarten Paes datang. Saat mendapat bola back pass, ujungnya bola akan dibuat menjadi blunder yang kembali membahayakan gawangnya. Atau bola dikirim ke luar lapangan. Ini adalah kelemahan di sektor I dan P.

Begitu pun pada pemain belakang, tengah, dan depan. Sikap egois, individualis, melakukan kesalahan elementer, sok-sok-an mnguasai bola yang akhirnya direbut lawan, membuat pelanggaran "bodoh", lambat atau salah mengambil keputusan, dan sejenisnya, sangat akrab dijumpai saat anak asuh STy bermain. Padahal ini adalah bumerang.

(5) Catatan

Oleh karena itu, dari semua catatan yang saya ulas, dapat saya simpulkan, meski catatan Arab Saudi di Piala Asia dan Piala Dunia sangat mentereng. Perbedaan ranking jauh. Namun, dari sisi head to head, ada celah untuk Sty dapat mencatatkan sejarah, Indonesia menang atas Arab Saudi. Atau minimal membawa pulang 1 poin alias hasil imbang, asalkan:
(1) Game plan, strategi, dan taktik STy tepat.
(2) Pemain yang dipercaya turun sesuai game plan, strategi, dan taktik, benar-benar cerdas TIPS, terutama bagian I dan P.
(3) Strategi dan Taktiknya, minimal bermain aman di sektor belakang, megandalkan serangan balik dengan kecepatan. Bukan bermain terbuka.
(4) Semua pemain meminimalisir kesalahan, tidak ceroboh.
(5) Tidak terprovokasi lawan yang tujuannya mengacaukan personality (emosi), hingga tidak berpikir cerdas (otaknya).

Semoga dengan (5) catatan tersebut, penggawa Garuda dapat membawa pulang 3 poin atau minimal 1 poin. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun