Sebagai SSB PEMBINAAN MURNI, lihatlah, dalam kesertaan SSB Sukmajaya di kompetisi Top Youth Premier League (TYPL) U-10 2024, siapa Tim U-10nya? Lebih dari 75 persen, adalah siswa asli SSB Sukmajaya yang sudah ditempa dalam pendidikan, pelatihan, dan pembinaan SSB Sukmajaya sejak mereka usia 6/7 tahun. Artinya, 75 persen siswa yang ikut kompetisi, bukan siswa "siluman" (baca: comotan).
Lihatlah, dalam Piala Soeratin 2024 yang dihelat Askot PSSI Depok. Baik Tim U-13 mau pun Tim U-15, juga diisi oleh rata-rata pemain yang sudah menjadi siswa SSB Sukmajaya sejak mereka usia 6/7/8 tahun. Atau sudah menjadi siswa/bagaian keluarga SSB Sukmajaya minimal 3 tahun. Tidak ada siswa siluman.
Maaf, sedikit saya ungkap kisah Soeratin ini. Kisahnya, sebab regulasi Piala Soeratin di Kota Depok yang wajib berKK domisili Depok, maka siswa SSB Sukmajaya yang KKnya Bogor/DKI/daerah lain, tidak dapat ikut berkompetisi dengan teman-teman sekelompok umurnya.
Tetapi demi menghormati Asosiasi, karena SSB Sukmajaya adalah anggotanya, meski Tim U-13 dan U-15 sangat tidak lengkap dan tidak juga memakai pemain comotan, terpenting dapat berpartisipasi. Meski lawan-lawannya melakukan .... Bagian .... ini, bisa ditebak kira-kira apa isinya?
Mustahilkan? Baru mendidik, melatih, dan membina, atau tanpa mendidik, melatih, dan membina, "ujug-ujug" (tiba-tiba) memiliki tim U-13 dan U-15? Kalau mendidik, melatih, dan membina, butuh berapa tahun untuk siswa/pemain sampai di usia 13 tahun? Apalagi sampai di usia 15 tahun?Â
Alhamdulillahnya, di SSB Sukmajaya, para Orang Tua siswa yang KKnya bukan Depok, legawa menerima kenyataan bahwa permainan sepak bola saja dibuat regulasi mengkotak-kotakan sesama siswa. Sebab, tidak semua daerah di +62, "begitu".
Atas situasi ini, yang pasti menimbulkan rasa sedih dan prihatin dan mengingatkan saya bahwa orang cerdas pasti tahu. Yang tidak cerdas, maka tidak paham bahwa, bila sejak SSB Sukmajaya lahir, siswanya dibatasi hanya yang ber-KK Depok, maka, SSB Sukmajaya bisa jadi sudah tinggal nama.
Apa gara-gara Piala Soeratin yang regulasinya diubah dalam beberapa tahun terakhir, harus mengubah sistem di SSB Sukmajaya, yang jelang 27 tahun? Masa, sih?
Kembali ke SSB Pembinaan Murni dan utang budi, contoh siapa pemain yang diturunkan SSB Sukmajaya di TYPL dan Piala Soeratin, maka SSB Sukmajaya sangat banyak utang budinya kepada para Orang Tua, yang sudah menjadi bagian keluarga dalam hitungan tahun. Sangat militan. Merasa memiliki. Mereka adalah para Orang Tua "Berkualitas".
Pada akhirnya, selalu tancapkan dalam pikiran dan hati, sedalam-dalamnya. Bahwa utang budi itu, dibawa mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H