Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati yang Darurat?

25 Agustus 2024   00:21 Diperbarui: 25 Agustus 2024   05:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam situasi negeri yang rakyatnya masih dalam kondisi waspada, karena ada pihak yang sekarang dianggap memiliki "penyakit hati", sehingga ada "Peringatan Darurat", maka untuk merefleksi diri, agar tidak ikut terdampak dan tertular penyakit hati, hal paling sederhana tetapi prioritas dan utama yang saya lakukan adalah, kembali membaca dan memahami tentang hati serta mengapa ada "penyakit hati".

Makna hati

Sesuai KBBI, hati adalah anat organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Hati juga berarti daging dari hati sebagai bahan makanan (terutama hati dari binatang sembelihan). Juga bermakna sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya).

Makna berikutnya, apa yang terasa dalam batin, sifat (tabiat) batin manusia, bagian yang di dalam sekali (tentang buah, batang, tumbuhan, dan sebagainya).

Selanjutnya juga ada yang dimaksud hati kecil, yaitu perasaan hati sebenarnya. Ada juga hati kendondong yang berarti tidak punya rasa belas kasihan terhadap sesama manusia, jahat.

Ada juga hati nurani, yaitu hati yang telah mendapat cahaya Tuhan, perasaan hati yang murni dan yang sedalam-dalamnya. Ada pula hati sanubari, maksudnya perasaan batin. Hati tawajuh, artinya hati yang telah diarahkan benar-benar kepada Tuhan. Hati terbuka maknanya senang hati, lurus hati.

Hati terlonjak, maknanya sangat girang, menjadi sombong (karena pangkat, kedudukan, dan sebagainya).

Ada juga, berhati artinya menaruh hati, menaruh belas kasihan (sayang dan sebagainya). Hati batu, tidak berperasaan, tidak menaruh belas kasihan. Hati berlian, adalah sangat baik. Hati binatang, tidak berperikemanusiaan. Hati busuk, mempunyai sikap batin yang tidak baik, seperti pendendam, pemfitnah. Hati keras, berpendirian teguh. Hati pilu, bersedih hati. Hati putih,  mempunyai niat yang tulus ikhlas.

Rendah hati, mempunyai tabiat yang baik, pemurah dan sebagainya. Hati Sali, mempunyai hati yang teguh (kuat, lurus). Hati tungau, penakut. Dan, sehati artinya bersatu hati, seia sekata.

Dari sekian banyak makna hati, jelas bahwa ada makna hati yang denotatif dan ada makna konotatif. Pun dapat diidentifikasi, mana makna hati yang "sehat" dan mana makna hati yang "sakit". Sehingga dapat terpilah, kira-kira, orang yang mengidap "penyakit hati", hati jenis mana yang terkategori sakit.

Karenanya, hanya dengan mengidentifikasi makna hati sesuai KBBI, orang yang memiliki penyakit hati sesuai makna denotatif, hati orang yang bersangkutan, anat organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut dalam kondisi sakit.

Sementara orang yang memiliki penyakit hati sesuai makna konotatif, yaitu sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya) di antaranya adalah:
(1) Orang berhati kedondong.
(2) Orang berhati terlonjak.
(3) Orang berhati batu
(4) Orang berhati binatang.
(5) Orang berhati busuk.
(6) Orang berhati tungau.

Sesuai Ajaran Islam

Terkait hati, sesuai Ajaran Agama Islam, dalam (HR. Bukhari dan Muslim), Rasulullah Shallallahu`alaihi wa Sallam bersabda:

"Dan ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati."

Berikutnya dijelaskan bahwa ada tiga jenis hati manusia. Yaitu qolbun mayyit, qolbun maridh, dan qolbun salim.

(1) Qolbun mayyit atau hati yang mati. Orang yang memiliki qolbun mayyit, jahatnya lebih jahat dari binatang sebab jahatnya menggunakan akal. Kondisi hati ini juga tidak memiliki kehidupan dan tidak mengenal Tuhannya. Orang dengan hati ini maka akan memuaskan apa yang disukainya.

(2) Qolbun maridh atau hati yang sakit. Dia bisa saja beriman, tapi penyakit hatinya banyak. Oleh sebab itu, tidak pernah tentram, galau, was-was, cemas, tidak menikmati hidup. Orang dengan hati yang sakit memiliki perasaan iri hati, arogan, sombong, ujub, takabbur, dan penyakit hati yang lain.

(3) olbun salim. Inilah orang yang hatinya bersih dan mulia. Orang yang bahagia hidupnya karena tidak ada penyakit di hatinya. Hati yang sehat dan memiliki kesempurnaan serta kekuatan sesuai dengan fungsi yang sebagaimana ditetapkan-Nya.

Seseorang yang berpenyakit hati tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:

"Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surah itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir." (QS. At-Taubah : 125)

Semoga, saya, kita, termasuk golongan orang-orang yang memiliki hati bersih dan dimuliakan Allah karena ber-Qalbun Salim, yaitu memiliki sifat dan karakter seperti makna hati sesuai KBBI, yaitu orang yang memiliki hati:
(1) Nurani.
(2) Sanubari.
(3) Tawajuh.
(4) Terbuka.
(5) Berhati.
(6) Berlian.
(7) Keras.
(8) Putih.
(9) Rendah hati.
(10) Sali, dan
(11) Sehati.

Semoga, saya, kita, terhindar menjadi orang yang memiliki penyakit hati, yaitu ber-Qolbun mayyit dan Qolbun maridh, Sebab, selalu berupaya "merawat, menjaga, melindungi, merefleksi, memperbaiki diri" menjadi manusia yang bertaqwa. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun