HUT RI ke-79, bangga dapat ikut menjadi saksi tampilnya para maestro seni pertunjukan nusantara di Gedung Kesenian  Jakarta, Jumat malam,16 Agustus 2024 dalam tajuk Panggung Maestro VI.
MalamPanggung Maestro VI
Panggung Maestro VI dipersembahkan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, dan didukung oleh Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia. Dihelat di Gedung Kesenian Jakarta pada Kamis-Jumat, 15-16 Agustus 2024.
Untuk diketahui, Panggung Maestro adalah panggung penghargaan bagi para maestro yang telah mendedikasikan hidup mereka dalam menjaga dan merawat seni tradisi sehingga budaya bangsa kita tetap lestari hingga kini.
Sepanjang karier yang ditekuni, umumnya sudah lebih dari setengah abad para maestro ini telah mendarmabaktikan kecakapan mereka menggubah karya seni tradisi, melakoninya dengan penuh kesetiaan, sekaligus mewariskannya kepada generasi berikutnya sebagai mutiara bernilai tinggi.
Dalam kesempatan ke-VI, panitia mempersembahkan penampilan para maestro dari Sumatra Barat dan Jawa Barat yang memiliki pengalaman menjadi duta kesenian tradisi Indonesia yang mengiringi Presiden Soekarno. Mereka adalah
Sumatra Barat:
(1) Hj. Anita Chairunnisa (81 tahun), Tari Serampang Dua Belas.
(2) Raminah Garingging (89 tahun), Tari Tortor Panisumbah.
(3)Jelasmen Sitanggang (61 tahun), Tari Toping-toping Huda-huda.
Jawa Barat:
(1) Irawati Durban Ardjo (81 tahun), Tari Badaya Rancaekek.
(2) Indrawati Lukman (80 tahun), Tari Putri Relati/Kandagan.
(3) Muh. Aim Salim (84 tahun), Tari Lenyepan naek Monggawa.
Tumbuhkan kepedulian
Dalam kesempatan Panggung Maestro ke-VI ini, tidak berbeda dengan Panggung Maestro pertama yang diselenggarakan pada Juli 2023, lalu panggung kedua hingga kelima, panitia berharap penampilan para maestro dapat meningkatkan apresiasi, menumbuhkan kepedulian, dan memantik daya kreatif dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan seni dan budaya di Indonesia.
Terlebih, kekayaan dan keragaman kesenian tradisi Indonesia bukanlah warisan benda mati, melainkan aset hidup yang sangat berharga, yang dapat memperkuat kearifan sosial, ketahanan martabat, dan pertumbuhan sosial-ekonomi seniman dan masyarakat pendukungnya.