Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merayakan HUT ke-79 dengan Kemewahan, Ada Rakyat Meninggal Kelaparan

16 Agustus 2024   11:52 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di luar pencapaian-pencapaian yang berhasil dan sukses, sesuai amanat Pembukaan UUD 1945, di usia 79 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia, kira-kira, apa yang paling ramai menjadi perbincangan rakyat, seperti pengamat, praktisi, ahli, pakar, hingga rakyat jelata (rakyat biasa) tentang Indonesia?

Dari semua hal yang diperbincangkan baik dalam bentuk seminar, diskusi, berita, sampai kolom komentar di televisi, media massa dan media sosial,  tentang Indonesia terkini, pemenangnya adalah tentang betapa rendahnya keteladanan etika dan moral dari manusia-manusia Indonesia yang seharusnya menjadi ujung tombak keteladanan dan amanah.

Sebab, kini semakin mudah dilihat dengan mata telanjang bahwa Partai Politik dan cara-cara berpolitik itu, justru semakin tebal menjadi "sarang" bagi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkarakter etika dan moral rendah.

Hanya mementingkan diri sendiri, keluarganya, dinastinya, oligarkinya, cukong-cukongnya, untuk kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan rakyat, tetapi mengatasnamakan untuk rakyat, pakai uang rakyat, bancakan uang rakyat, hingga korupsi uang rakyat.

Sebab, hal paling parah yang kini terus dipertontonkan, dipertunjukkan oleh "mereka" adalah dengan merendahkan diri "mereka" menelanjangi diri dari etika dan moral.

Itulah SDM Indonesia yang seharusnya dapat menolong bangsa, negara, dan rakyatnya lepas dari  penderitaan dan kemiskinan. Tetapi mereka malah menjadi SDE, sumber daya setan, yang semua sikap, perbuatan, tindakan, kebijakan, kata-kata, dan lainnya hanya sebagai kedok, topeng. Penuh tipu daya, tipu muslihat, licin, dan licik.

Bagaimana mungkin masih tetap disebut sebagai SDM unggul, hebat, berkualitas, cerdas, beriman, akhlak, dan lainnya, bila perilakunya sudah menanggalkan etika dan moral. Menjelma menjadi SDS?

Etika itu adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Moral adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya, akhlak, budi pekerti, susila, kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya, ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.

Rp 87 miliar, rakyat lapar meninggal

Coba bayangkan, saat uang rakyat Rp 87 miliar dipakai untuk pesta pora "kepentingan" 17 Agustus 2024,  berlindung di balik perayaan HUT RI ke-79,

Darwin Mangudut Simanjuntak (49) terbaring di rumah duka, di Jalan Pelita V, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, Senin (12/8/2024), meninggal karena kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun