Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merayakan HUT ke-79 dengan Kemewahan, Ada Rakyat Meninggal Kelaparan

16 Agustus 2024   11:52 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darwin adalah driver ojek online (ojol) yang meninggal dunia saat menunggu pesanan customer di warung mi, Jalan Sutomo, Kota Medan pada Minggu (11/8/2024).

Ketua Gabungan Ojek Roda Dua Medan Sekitar (Godams), Agam menyampaikan, Darwin meninggal saat bekerja sebagai driver ojol. Darwin baru bekerja sebagai driver ojol karena membutuhkan uang. "Jadi ada rekan driver ojol (wanita) yang bilang ke saya, bahwa akun ojolnya yang dipakai korban ini. Alasannya, karena kasihan lihat si korban lagi kesulitan ekonomi dan sebatang kara di Medan," ucap Agam kepada Kompas.com melalui saluran telepon.

Sementara dari keterangan saksi kepada polisi, rupanya Darwin menderita suatu penyakit dan 2 hari sudah tidak makan karena tidak punya uang.

Pertanyaannya, ada berapa banyak Darwin-Darwin lain di seluruh Republik ini yang tidak makan dan kelaparan? Belum lagi penderitaan lain, selain kelaparan karena miskin?

79 tahun Indonesia merdeka. Semakin banyak orang yang kaya pikiran dan hati, tetapi tetap miskin harta. Sebaliknya, semakin merajalela orang yang kaya pikiran tetapi rendah iman dan miskin hati, tidak malu lagi, menanggalkan etika dan moral, merasa memiliki Indonesia, takut kehilangan yang bukan milik.

Bancakan uang rakyat dengan berbagai dalih untuk kepentingan rakyat. Dan semakin kompeten dan mumpuni dalam perbuaran korupsi, numpang kendaraan partai politik dan politik SDS.

Ironi 79 tahun Indonesia merdeka, nyatanya tetap dijajah oleh SDS. Perayaannya, memaksakan ambisi pribadi dengan kemewahan menggunakan uang rakyat. Di sisi lain ada rakyat yang meninggal karena kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun