Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iduladha 1445, Sudahkah Berkorban di Keseharian untuk Masyarakat?

17 Juni 2024   09:39 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iduladha di Perum Sukmajaya Permata Depok. Foto Arshintarocha Andas Tifiri


Melalui momentum Iduladha, adakah kita rasakan peningkatan kualitas diri, berkaitan dengan sikap berkorban? Lalu tertanam  sikap empati, sadar diri, tahu diri, peduli, tidak egois, tidak individualis, mau membantu, tidak gemar mencari enaknya sendiri dan mencari keuntungan sendiri?

(Supartono JW.17062024)

Kata kurban artinya persembahan kepada Allah SWT. (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada Hari Raya Iduladha, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Simbol

Iduladha adalah sebuah peristiwa besar yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dimaknai sebagai pesan simbolik agama. Di dalamnya ada pembelajaran tentang;

(1) Ketaqwaan.
Taqwa berkaitan dengan ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta dalam upaya menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Nabi Ibrahim memiliki tingkat ketaqwaan yang tinggi, sebab dirinya tetap melaksanakan perintah-Nya, sekalipun itu menyembelih anaknya sendiri. Atas ketaqwaan Nabi Ibrahim, kemudian Allah SWT menggantikan anaknya untuk disembelih dengan seekor domba.

Ketaqwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah pembelajaran yang sarat makna, sosio-humanis-pendidikan, dan multikultural.

(2) Mengorbankan.
Bila dikaji lebih mendalam, bagi kehidupan manusia di dunia, sejatinya ibadah qurban bukan sekadar berkurban "binatang kurban". Makna lebih luasnya adalah perintah untuk mengorbankan sifat egois, individualis, sikap mementingkan diri sendiri, rakus, serakah, mau enaknya sendiri, memanfaatkan, sekadar mengambil untung dan keuntungan, mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk keuntungan diri, mencari nama, peduli hanya untuk diri sendiri, tidak tahu diri, tidak simpati, tidak empati, dan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Baik kehidupan pribadi, keluarga, lingkungan kekelurgaan hingga dalam kegiatan kemasyarakatan.

Pertanyaannya, sudahkah saya, kita menjalankan perintah "mengorbankan" itu, dalam kehidupan sehari-hari itu? Lebih dari sekadar berkurban biri-biri, sapi, unta?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun